Saat bangsa Indonesia memperingati hari Kebangkitan Nasional, lamunan kita sebagai anak bangsa adalah munculnya kelas sosial baru masa kolonial Belanda. Kelas sosial baru tersebut bernama "kaum terpelajar" atau "kaum intelektual". Mengapa disebut kelas terpelajar? Ya, karena mereka adalah anak-anak pribumi yang berkesempatan menempuh ilmu di sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah Belanda.
Pada awalnya, tujuan membuka sekolah bagi pribumi adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil (mempunyai skill) dengan gaji yang rendah. Sebab kalau memanfaatkan tenaga berpendidikan dari Belanda (apalagi mendatangkan) jumlah gaji sangat tinggi. Maka, langkah memberi kesempatan pribumi bersekolah adalah solusi mengantisipasi kurangnya tenaga terampil.
Apakah rencana Belanda sesuai dengan apa yang diinginkan? Sebagian besarnya iya. Sebab tidak sedikit juga kaum pribumi yang berpikir pragmatis untuk kepentingan dirinya saja. Tetapi, terdapat sebagian kecil pemuda pribumi, yang tersadarkan setelah nalar sehatnya terasah dengan pendidikan. Merekalah yang mengantarkan negeri ini menyingkap kegelapan secara bertahap.
Lahirnya Kelas Sosial Baru di Hindia Belanda
Lahirnya kelas sosial baru di Hindia Belanda merupakan konsekwensi kebijakan baru pemerintah kolonial yang bernama Politik Etis secara khusus di bidang pendidikan. Kelas sosial baru tersebut adalah kelompok intelektual (kaum terpelajar).
Lahirnya kelas sosial tersebut memang dikehendaki oleh pemerintah kolonial. Maka, sejak lahirnya kelas sosial baru itu pemerintah dapat memenuhi kebutuhan tenaga terampil yang dikehendaki untuk dipekerjakan baik di kantor swasta maupun pemerintah. Kondisi demikian merupakan pemandangan baru bagi kaum Bumiputera. Sebab sebelumnya yang ada hanya para pekerja yang menggunakan tenaga. Sejak ada kaum terpelajar, Hindia Belanda mengenal pekerja terampil.
Tidak sedikit para pelajar pribumi yang menjadi pegawai pemerintah Belanda. Mereka dipekerjakan di berbagai bidang dan di berbagai kantor. Perusahaan tebu, perusahaan Kereta Api, kantor pemerintah dalam berbagai layanan. Nah, sejak itu kaum terpelajar mempunyai status sosial baru di tengah masyarakat. Ada pegawai perkebunan, pegawai pabrik gula, pegawai pegadaian, guru, dll.
Status sosial baru yang diperoleh akhirnya memberikan pengalaman baru dalam kehidupan kaum pribumi. Mereka juga mempunyai pengalaman di kantornya masing-masing. Pengalaman-pengalaman tersebut, menambah pengetahuan baru.
Sehingga tanpa disadari, pelaksanaan politik etis melahirkan kaum terpelajar. Lahirnya kaum terpelajar membawa konsekwensi lahirnya kelas sosial baru di masyarakat. Selanjutnya juga muncul status dan peran sosial baru di masyarakat.
Blessing in disguese Politik Etis