Mohon tunggu...
ciptonorosodanang
ciptonorosodanang Mohon Tunggu... Aktor - owner ciptofurniture

cara saya untuk menaikan gambar untuk usaha saya

Selanjutnya

Tutup

Money

Cerita Tentang Filosofi Asal Muasal Pintu Gebyok Jepara dan Kudus Jawa Tengah

4 Februari 2020   19:26 Diperbarui: 4 Februari 2020   19:30 2698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pada kesempatan kali ini saya mencoba mengupas pengertian, makna, dan nilai dari sebuah gebyok itu sendiri dari sisi etik dan estetik, dan dari singkat sejarahnya hingga masih bertahan sampai saat ini Gebyok dengan Ukirannya.

Seorang filsuf asal Rusia Leo Tolstoy mengatakan "Seni itu bukan kerajinan, melainkan perwujudan perasaan dan pengalaman seniman sedangkan kerajinan perulangan kemahiran yang turun temurun". Kerajinan tidak mencerminkan perasaan seniman, melainkan mencerminkan rajin- sregrep-- dari pembuatnya tersebut. 

Oleh karena itu Gebyok bukan hanya kerajinan melainkan mempunyai makna.Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, pemimpin Jepara pada abad ke 16 baca juga: Sejarah Kota Jepara gebyok telah diciptakan dan menjadi masterpice. Gebyok mencerminkan pemikiran dan perasaan estetik maupun etik. Gebyok bukan semata-mata bentuk yang tidak ada artinya. Gebyok menunjuk pada kebijakan manusia.

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, gebyok yang sudah berkembang adalah rumah dari kayu yang dipenuhi oleh kerajinan ukir. Gebyok diciptakan untuk meraih tujan praktis, etis, dan estetik. Sebagai kebutuhan praktis yaitu gebyok sebagai rumah yang layak, walaupun penuh ukiran tetapi tidak meninggalkan kekuatan sebagai penyangga rumah. 

Dan rumah ini bukan rumah biasa melainkan rumah yang terhormat. Betapa tidak, untuk membuat gebyok sendiri diperlukan bahan kayu pilihan, tenaga ahli yang cukup handal, serta membutuhkan waktu yang cukup.Gebyok juga punya nilai etis karena gebyok memiliki pesan spiritual bagi penghuninya. Ukiran dalam gebyok (SP Gustami, 2008) menceritakan tujuan hidup manusia --sangkan paraning dumadi-: keharmonisan, kesejahteraan dan kedamaian. 

Keharmonisan desain gebyok memperlihatkan pentingnya keharmonisan hidup dengan alam. Gebyok juga tanda tentang jalan ke surga, naik turunnya roh nenek moyang. Swastika adalah simbol harmoni dan keseimbangan hidup. Bung bambu adalah simbol regenerasi, kesuburan, dan keberlanjutan hidup. Kala makara adalah simbol cinta antara ibu dan anak.

simbol ukiran gebyokGebyok hingga kini menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang tidak lekang oleh zaman. Gebyok penuh metafor dan simbol pesan tentang kebijakan hidup, tentang kesejahteraan hidup. Sejahtera bukan di dunia saja melainkan di akhirat.


Gebyok dahulu pernah menjadi simbol kekayaan di kudus. Gebyok banyak dipakai di rumah Kudus sebelum tahun 1810 M, menjadi simbol kejayaan dan kekayaan pemiliknya. Lingkungan Kudus Kulon diciptakan sebagai tempat khusus rumah tradisional kudus.
Tumbuhnya kesadaran dan kebanggaan akan warisan budaya daerah, ikut serta menciptakan kegairahan dalam memelihara dan mengembangkan budaya gebyok. Kini gebyok banyak disukai di seluruh Indonesia bahkan di dunia.


Sebelumnya, seni ukir kudus didominasi oleh bunga teratai. Hal ini bisa dimengerti karena pada saat itu pada zaman dahulu, agama mayoritas warga Kudus adalah agama Hindu. Sunan Kudus, penyebar agama Islam tanah Jawa, memperkenalkan ukiran dari bunga melati. Bunga melati berukuran kecil, putih dan wangi. 

Arti dari melati sebagai perlambang bahwa penganut agama Islam pada waktu itu berjumlah kecil, namun bisa memberikan wewangian bagi sekeliling. Melati dalam gebyok dibikin tersambung satu sama lain, dan juga menyatu dengan komponen yang lain. Makna simbolik dari  kedekatan ini adalah umat Islam dan umat dari agama lain sebaiknya bersatu membangun kedamaian, walaupun berbeda agama dan pendapat.
Ukir kayu pada gebyok membutuhkan kemahiran tingkat tinggi. Sampai sekarang kemahiran ini tidak pudar. Pengrajin gebyok banyak ditemukan di daerah Jepara dan Kudus. Darimanakah mereka membangun kemahiran ukir ini?

Asal Mula Kemahiran / Keahlian Mengukirgebyok dari sisi etik dan estetik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun