Mohon tunggu...
Sisisudut.co
Sisisudut.co Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pencarian Pencerahan Pembebasan

Tetaplah terbit walau yang kita sinari tangine kawanen🌥️

Selanjutnya

Tutup

Diary

Nak, Jangan Lupa dengan Asalmu!

11 Oktober 2022   00:50 Diperbarui: 11 Oktober 2022   00:57 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, ketika mentari belum mau beranjak untuk menampakkan wujudnya, ibuk sudah membangunkan saya dan meminta untuk diantarkan berangkat bekerja. Yah, seperti pagi yang sudah-sudah ketika saya sedang dirumah berlibur dari hiruk pikuk tugas kuliah. Seakan-akan itu adalah momen ibuk untuk bermanja dengan anak terakhirnya ini.

Ibuk saya bekerja sebagai buruh pacul ladang milik masyarakat sekitar, bersama rombongan macul (sapaan akarab masyarakat kepada kelompok mencangkul ibuk saya) setiap satu minggu dua kali ibuk dan rombonganya selalu berkerja sesuai arahan pemilik lahan, mulai dari mencangkul, memanen, bahkan merawat tanaman menjadi teman pagi setiap hari selasa dan sabtu.

Ini adalah gambaran kehidupan masyarakat yang notabene masih berada dibawah garis kemiskinan di pedesaan. Tanggung jawab mencari penghidupan tidak hanya dimiliki oleh kepala rumah tangga, namun juga menjadi tugas semua anggota keluarga.

Saya yang masih kriyip-kriyip itu sebab tidak biasa bangun pagi akibat dinginya suasana di rumah, seketika harus berusaha sekuat tenaga untuk mengumpulkan nyawa dan bergegas menuruti permohonan ibuk saya itu.

Dengan tubuh yang masih sempoyongan dan mata yang masih penuh dengan rebes itu, saya pun berangkat dengan super cub kesayangan dengan memboncengkan ibuk. Tak lupa, keponakan usil sayapun saya ajak juga. Hitung-hitung membatu kakak perempuan saya untuk menjaganya sembari beliau beberes rumah. Memang super cub yang saya beli dari hasil kerja manjadi kuli bangunan itu, menjadi favorit ibuk dan keponakan saya, kata beliau kalau diantar pake super cub biar terlihat klasik. Hahaha ternyata ibuk saya tidak kalah dengan anak zaman sekarang, yang juga memiliki selera semacam ini.

Sebelum sampai di ladang tempat ibuk bekerja, kami mampir di sebuah bekas tempat wisata. Memang ladang yang sedang digarap ibuk dan kelompoknya melewati tempat wisata yang saat ini sudah terbengkalai dan sudah jarang dikunjungi orang lagi. Dulunya tempat ini adalah tempat wisata yang cukup terkenal di wilayah kabupaten Temanggung, namanya Watu Layah. Tempat wisata yang menyuguhkan panorama alam. Namun, sayang sekali tempat seindah itu tidak dimanfaatkan lagi. 

Disana, ibuk mengajak kami untuk berfoto dan duduk di bekas reruntuhan gazebo. Dengan sedikit nrutuk kademen karena waktu itu masih sangat pagi dan udarapun masih bertiup amat kencang, kami bertiga berfoto bersama, berlatarkan matahari yang mualai berani memunculkan batang hidungnya.

Disela-sela kami berfoto dan berbincang-bincang , ibuk memberikan pesan kepada saya

"nang, nak koe wes rampung sinau ojo lali asalmu" kata beliau sambil membenarkan capingnya.

"lah pripon ik buk?" jawab saya dengan sedikit cengengesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun