Mohon tunggu...
Cindy Lawrence
Cindy Lawrence Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Surabaya

hi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kegiatan Komunitas Vape Tangerang Ditinjau dari Psikologi Komunitas

29 Juni 2021   16:29 Diperbarui: 29 Juni 2021   16:37 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Penelitian Journal of The American College of Cardiology, Vape lebih aman dikonsumsi daripada rokok tembakau. Rokok elektrik atau vapor tengah naik pamor. Di awal kemunculannya, vapor atau vape digambarkan sebagai pengganti rokok tembakau. Dalam perkembangannya, vapor menjadi gaya hidup atau trend, bahkan banyak beberapa data yang mengatakan rokok elektrik jauh lebih baik daripada rokok tembakau. (Basuki, 2019).   Penggunaan vape saat ini digunakan sebagai langkah awal untuk mengurangi kecanduan rokok.

Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Banten bekerjasama dengan komunitas Vape Tangerang, memberi pelayanan rontgen bersama mobile rontgen Jakarta bertempat di Graha Raya Bintaro, Kota Tangerang selatan (Tangsel). Pelayanan Rontgen Gratis yang dilakukan bertujuan untuk memberikan bukti pada masyarakat bahwa vape tidak berbahaya seperti rokok tembakau. Menurut hal ini membuktikan bahwa pengguna vape cukup peduli dengan apa yang mereka yakini. “Rata-rata pengguna vape ini sudah menjadi pengguna dengan kisaran lebih dari 3 tahun, dan mereka merasakan hasil yang sesuai harapan, bahkan beberapa pengguna rajin melakukan medical check up dan menyimpan data tersebut sebagai bahan rekam jejak medis pribadi, yang mungkin suatu saat bisa menjadi salah satu dokumen pendukung,” terang Andi di lokasi acara. Ia berharap melalui kegiatan ini masyarakat juga mendapatkan edukasi untuk mengetahui sisi baik dan sisi buruk lebih jauh lagi. “Kami bergerak melalui kegiatan-kegiatan seperti ini agar masyarakat lebih sadar akan kesehatan, karena seperti halnya sisi baik, juga ada sisi buruk penggunaannya, misalnya saja penyalahgunaan narkoba melalui media vape,” tambahnya. 

Dalam menanggapi pernyataan Andi, penulis setuju akan adanya dampak positif yang masyarakat umum belum tahu, yaitu lebih aman menggunakan rokok elektrik daripada menggunakan rokok tembakau. Menurut hasil riset sederhana oleh Robert West, University College London’s, Department of Epidemiology and Public Health, beberapa orang yang memakai rokok tembakau mengaku lebih sehat setelah menggunakan rokok elektrik seperti lebih mudah bernafas dan batuk–batuk sedikit berkurang. Tidak hanya itu, mereka juga senang karena terbebas dari bau asap dan gigi bernoda (Basuki, 2019). Namun disisi lain kelompok kami juga masih belum mengetahui secara pasti tentang dampak penggunaan vape, karena saat ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) sedang meneliti lebih lanjut tentang dampak positif dan negatif dari rokok elektrik. Penggunaan rokok elektrik saat ini, diklaim banyak pihak merupakan langkah awal untuk mengurangi kecanduan rokok. Tidak adanya asap yang dikeluarkan membuat penggunanya merasa lebih aman dibanding menghisap rokok biasa (Basuki, 2019).

Di awal kemunculannya, vapor atau vape digambarkan sebagai pengganti rokok tembakau. Masyarakat pada awalnya berpikir menggunakan vape sama saja seperti rokok tembakau atau vape lebih berbahaya dari rokok tembakau. Dalam perkembangannya, vapor menjadi gaya hidup atau trend, bahkan banyak beberapa data yang mengatakan rokok elektrik jauh lebih baik daripada rokok tembakau (Basuki, 2019). 

Ditinjau dengan Psikologi Komunitas

Jika dikaitkan dengan teori Psikologi Komunitas, penulis menggunakan teori Prevention yaitu, upaya untuk mengantisipasi timbulnya masalah (KLOOS, et al., 2012). Terdapat 3 jenis Prevention yaitu, Primary Prevention, Secondary Prevention, dan Tertiary Prevention.  Penulis melihat bahwa kasus di atas termasuk jenis Secondary Prevention karena penggunaan rokok elektrik saat ini diklaim banyak pihak merupakan langkah awal untuk mengurangi kecanduan rokok. Secondary Prevention merupakan suatu intervensi yang diberikan kepada masyarakat yang menunjukkan tanda-tanda gangguan atau kesulitan (KLOOS, et al., 2012). Dengan ini dapat mengantisipasi timbulnya masalah yaitu pendapat masyarakat yang masih salah terhadap penggunaan vape. Komunitas vape Tangerang juga melakukan edukasi terhadap masyarakat sekitar. Apabila dikaitkan dengan teori Psikologi Komunitas, penulis menggunakan teori Promotion merupakan upaya dalam meningkatkan kompetensi sosial (KLOOS, et al., 2012). Misalnya dengan memberikan pelayanan rontgen gratis bagi pengguna vape. Sehingga, hasil rontgen tersebut dapat memberikan pengetahuan baru tentang vape kepada masyarakat.  

Penulis mendukung dengan adanya pemberian pelayanan rontgen untuk para pengguna vape dan memperlihatkan hasil rontgen paru-paru pengguna vape yang bersih. Dengan begitu, dapat memberikan edukasi kepada masyarakat pengguna rokok tembakau bahwa vape aman digunakan. Bagi para pengguna rokok tembakau, vape dapat dijadikan sebagai terapi agar mereka dapat berhenti merokok secara bertahap. Penggunaan vape saat ini, diklaim banyak pihak merupakan langkah awal untuk mengurangi kecanduan merokok. Tidak adanya asap yang dikeluarkan membuat penggunanya merasa lebih aman dibanding menghisap rokok biasa (Basuki, 2019).

Menurut hasil riset sederhana oleh Robert West, beberapa orang yang memakai rokok elektrik mengaku lebih sehat setelah menggunakan rokok elektrik seperti lebih mudah bernafas dan batuk–batuk sedikit berkurang. Tidak hanya itu, mereka juga senang karena terbebas dari bau asap dan gigi bernoda (Basuki, 2019). Selain itu, pemberian pelayanan rontgen untuk para pengguna vape memperlihatkan hasil rontgen paru-paru pengguna vape yang bersih, sehingga dapat memberikan bukti kepada masyarakat bahwa vape aman digunakan dan juga dapat memberikan edukasi bagi para pengguna rokok tembakau berat untuk beralih ke vape. Maka dari itu kami mengajak para pengguna rokok tembakau untuk beralih ke vape. Serta mengajak masyarakat untuk tidak melihat vape dari sudut  pandang yang negatif saja melainkan dari sudut pandang positif. Mengubah sudut pandang masyarakat terhadap vape maka dapat mencegah timbulnya permasalahan sosial.

Selain itu dengan adanya sosialisasi kepada masyarakat pengguna atau bukan pengguna menjadikan masyarakat mengerti lebih dalam penggunaan vape. Vape yang berawal ditentang secara keras mulai bisa diterima oleh masyarakat dengan baik bahkan penggunaan vape bisa meningkat jika mereka menggunakannya dengan tepat sesuai dengan fungsi awalnya yaitu, dijadikan alternatif bagi pengguna rokok tembakau, hal ini pun didukung oleh penelitian yang dilakukan di Inggris. Penelitian di Inggris menyatakan bahwa lebih menganjurkan warganya  menggunakan vape dibandingkan menggunakan rokok. Dengan beralihnya pengguna rokok ke vape menjadikan pengguna lebih peduli terhadap kesehatan dirinya serta juga tahu sisi baik dan sisi buruk dari vape. 

Penulis menyimpulkan bahwa dengan adanya komunitas vape di Indonesia, sebaiknya untuk mengedukasi masyarakat dengan kegunaan vape dan dampak positif dari vape. Jika Vape digunakan sesuai tujuan awal vape dibuat akan menjadi hal yang positif, sebaliknya jika vape digunakan tidak pada tujuan yang benar maka vape ini berdampak negatif. Tujuan awal vape dibuat adalah sebagai alternatif bagi para pengguna rokok tembakau dan juga mengurangi penggunaan rokok tembakau. Kami mengharapkan bahwa dengan adanya pelayanan rontgen, dapat menyadarkan masyarakat bahwa vape lebih aman digunakan dibanding rokok tembakau.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun