Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Bully oh Bully"

18 Oktober 2018   00:02 Diperbarui: 18 Oktober 2018   00:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bully atau dalam bahasa Inggris dan bahkan beberapa orang menyebutnya menggunakan akhiran -ing yaitu Bullying adalah bentuk penindasan atau atau lebih tepatnya penyiksaan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap seseorang (biasanya korban bully tidak akan melebihi jumlah orang pem-bully). 

Penyiksaan yang dilakukan tidak hanya dalam bentuk fisik namun juga dalam bentuk verbal yang dilakukan dengan frekuensi yang sering sehingga korban akan merasa terintimidasi, bahkan tidak jarang  untuk kondisi saat ini dapat menimbulkan korban jiwa.

Kalau jaman dulu (cieh jaman dulu, saat umur belasan alias masih muda), istilah yang digunakan bukan bully, namun namanya "gencet" ini dalam bahasa Sunda, saya kurang paham pemakaian istilah lain di daerah yang berbeda. Namun pada intinya kegiatan "gencet" ini familiar dilakukan di sekolah, entah itu SMP atau SMA. 

Sampai lulus sekolah tidah pernah mendengar ada kasus bully di tingkat SD, bila diperhatikan, anak SD jaman dulu masih belum kenal dengan yang namanya "gencet", mereka masih takut dengan GURU, bahkan bila KM (Ketua Murid) menulis nama anak yang ga duduk aja, seisi ruangan langsung tak bersuara, ketar ketir takut KM lapor wali kelas apalagi bila dipanggil ke ruangan Guru untuk bertemu kepala sekolah, waaahhh itu rasanya seperti  bakal kiamat esok hari. 

Yang paling standar terjadi adalah menggoda anak perempuan lewat (itu pun tak berlebihan), bahkan anak perempuan mesem-mesem digoda, lalu kenakalan aga naik kelas, menyimpan serutan yang dilengkapi cermin di kaki untuk sekedar kepoin anak perempuan pake celana pendek warna apa.

Itu udah masuk kategori NAKAL banget, menurut saya bukan masuk ke dalam kategori bullying, karena dalam hal ini tidak ada yang merasa tersakiti, tidak ada pelecehan, tidak pula penindasan, semua mengalir sealaminya anak-anak tanpa ada istilah "OMES" alias otak mesum dalam kepala anak-anak SD kala itu, mereka mengakhiri keNAKALANnya dengan tertawa bersama.

Nah, di SMP dan SMA mulai terasa yang namanya bullying. Tidak semua anak mengalami, pastinya hanya pada anak tertentu yang dinilai "BERLEBIHAN", berlebihan dalam hal berpakaian, berlebihan dalam hal penampilan, berlebihan dalam hal "keuangan", berlebihan dalam hal bergaul dan bahkan berlebihan dalam hal KEPINTARAN (yang ini sungguh kasian).

Namun perlu diingatkan kembali, kasus bullying jaman dulu tidak pernak terekspos ke media,tak pernah ada satu surat kabar atau televisi yang membicarakan hal ini, ya karena itu, kasusnya sangat standar. 

Kasus nyang sering terjadi biasanya hanya satu orang atau sekelompok orang tidak seuka terhadap seseorang akan mengajak pihak lain yang dirasa satu visi dan misi untuk ramai-ramai mengelilingi dan mengintimidasi korban sampai mereka puas berteriak, menghina, mentertawakan dan mereka tidak akan berhenti bila korban tidak menangis. Tujuan mereka membuat jera (katanya sih begitu), padahal menurut saya yang pernah jadi korban bully, loooo??? mereka sirik aja.

Biasanya kaum Senior tidak suka bila, ada junior lebih cantik dari mereka, mereka tidak suka bila junior lebih "famous" dibanding mereka, mereka tidak suka bila junior roknya lebih pendek dari mereka dan lain sebagainya, pokonya SENIOR harus yang paling oke.... emang situ ga oke, gimana dong ya ???

STD kan?? alias standar, udah cuma gitu aja, korban minta maaf, besok nya rok dipanjangin, famous dikurangin, muka dijelekin dikit, yang penting kaka senior hepi. Simple kan ya. Guru tau? nah ini yang sampai sekarang belum terpecahkan, GURU BK kemana ya waktu itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun