Mohon tunggu...
cicilia elsa
cicilia elsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi universitas muhammadiyah malang

program studi psikologi-fakultas psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Self Diagnose yang Terjadi pada Gen Z dan Tindakan yang Wajib Diselaraskan Setiap Orangtua

30 September 2021   21:58 Diperbarui: 30 September 2021   22:02 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fenomena self diagnose yang sedang marak terjadi di Indonesia dan dunia,menjadi topik hangat yang sedang banyak dijadikan bahan penilitian dan bahan perbincangan ilmuwan,psikolog,dokter kejiwaan,konselor, dan banyak pedisiplin ilmu lain,

Fenomena ini banyak dialami GEN Z,generasi era 1997 sampai 2000-an,yang dimana gadget,smartphone dengan sambungan internet menjadi landasan terbaik untuk mencari ilmu dan pengetahuan baru,sehingga tidak salah jika mereka penasaran atas apa yang terjadi pada dirinya,dan mencari sebab akibat nya di internet,tanpa bantuan psikater,psikolog,dokter dan ahli ilmu lain,yang seringkali menjadi salah kaprah dalam mengambil tindakan.

Smartphone,Gadget, dan sambungan internet yang sudah hampir merata di seluruh antero dan penjuru dunia menjadi salah satu penunjang atas pembelajaran yang kini banyak diadakan secara daring,atau dalam jaringan,semua pelajar,tenaga pendidik,maupun orang tua tidak bisa menyangkal hal itu,bahkan untuk menghindari internet pun dirasa adalah hal yang mustahil, karena dunia pun sudah dipaksa merubah peradaban,dan menuntut semua untuk bisa akses internet,sekalipun memang banyak dampak negative yang harus bisa di terima dan dicarikan solusi nya,baik dari pemerintah,maupun orang tua itu sendiri.

Dampak negative tersebut antara lain nya adalah self diagnose,atau dokrinasi atas hal hal yang terjadi pada diri sendiri,setelah menari cari informasi di social media,internet,maupun sumber sumber lain,dan menelan berita tersebut secara langsung atau mentah mentah tanpa adanya filtrasi maupun konsultasi ke dokter,psikiater,psikolog maupun ahli ilmu lain,dan atas hal hal tersebut berdampak banyak untuk kesehatan mental,yang banyak tidak disadari oleh pemeran self diagnose.

 “Tidak sedikit dari pengguna social media dan penikmat jaringan internet mencari cari tentang gejala yang dialami dan dirasakan tanpa konsultasi langsung dengan para ahli,serta menelan mentah mentah informasi tersebut,padahal belum tentu yang di diagnose mandiri olehnya adalah hasil yang akurat”-dilansir dari kompas.com,oleh tim konselor dari aplikasi konseling riliv,yaitu ibu Prita Yulia Maharani, M.Psi,. Psikolog (Minggu,29/08/2019).

Setelah melakukan riset sederhana dari kerabat kerabat terdekat tentang self diagnose ini,beberapa dari mereka ada yang mengisi quisioner dengan tidak mengetahui atau tidak pernah melakukan diagnose mandiri dengan landasan internet,tapi tidak sedikit juga yang mengakui diagnosa mandiri pun sering mereka lakukan.

Alasan atas terjadinya diagnosa mandiri tersebut juga karena mengikuti trend di platform platform yang sedang booming, “

Dulu waktu marak marak nya penderita bipolar speak up tentang apa yang di derita,apa apa saja gejala nya,dan bagaimana cara mengobati nya,aku sempat mencari cari kabar tersebut di internet dan platform platform psikologi,akun akun pendidikan di instagram,twitter maupun informasi tambahan yang tersedia di tiktok,bahkan membaca artikel artikel yang tersedia di Alodoc,Halodoc dan lain lain

Sempat mendiagnosa diri sendiri sebagai penyandang bipolar,atau memiliki gejala bipolar tersebut,padahal aku sendiri belum datang ke psikiater atau dokter kejiwaan untuk mengkonsultasikan hal ini”-(annonimous)-tidak disebut hasil riset siapa denagn alasan ini hanya sebagai pelajaran untuk semua,tapi tidak ingin dikutip namanya,pada riset penelitian dan wawancara sederhana yang saya lakukan pada tanggal 28 September 2021.

Ibu Prita Yulia Maharani, M.Psi, Psikolog mambahkan di catatannya yang di lansir di laman Kompas.Com bahwa mencari dan menggali informasi di internet tidak masalah,tapi yang harus dilakukan setelah pencarian adalah konsultasi lebih lanjut ke pihak yang berwajib seperti dokter kejiwaan,psikiater maupun psikolog,untuk penanganan lebih lanjut.

Bahaya self diagnose  tidak hanya berhenti di ganggan mental,tapi gangguan fisik yang akan terjadi pada seseorang antara lain :

  • Salah Diagnosis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun