"Don't accept the roles that society foists on you. Recreate yourself by forging a new identity, one that commands attention and never bores the audience. Be the master of your own image rather than letting others define it for you."
-Robert Greene-Â
Â
Saya pernah berkunjung ke Gereja Mormon di Yogyakarta beberapa tahun yang lalu dan mendapatkan kesan bahwa mereka sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Kesan subjektif saya kemudian terpatahkan dengan cerita Tara dalam memoarnya 'Educated'. Sebenarnya, Tara sudah menjelaskan bahwa cerita tentang keluarganya yang menganut survivalisme ekstrem di pegunungan Idaho, tidak mewakili kelompok Mormon pada umumnya. Bahkan di keluarga besar Tara seperti keluarga tante dan neneknya, keluarga Tara sangat jauh berbeda. Tetapi, meski tidak mewakili kelompok Mormon, cerita tentang keluarga Tara cukup membuat saya tersadar bahwa di kelompok manapun, kelompok ekstrem seperti keluarga Tara akan selalu ada.
Buku Memoar Tara Westover sangat menarik dan cukup memancing emosi karena perasaan kemanusiaan kita terkoyak, dan terutama bagi sesama perempuan yang seringkali tak terpenuhi hak-haknya. Sebagaimana kelompok konservatif yang keberadaannya selalu ada di setiap agama manapun, cerita tentang Perempuan Tara Westover juga bukanlah hal baru. Ada banyak cerita Tara lainnya di belahan dunia lain, dengan kasus yang berbeda. Tara, seorang anak perempuan yang lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang anti pemerintah, pendidikan dan kesehatan modern. Maka sampai Tara remaja, Ia tak pernah mendapatkan pendidikan di sekolah formal, tidak pernah memiliki akta kelahiran dan tidak pernah merasakan pengobatan modern.
Bagaimana rasanya terasing di komunitas sosialnya? Ia, dan saudara-saudaranya bahkan 'diipaksa' bekerja sejak usia masih kanak, dipaksa untuk membenci hal-hal yang berbeda dengan keluarganya, dan dipaksa untuk tidak tahu bahwa mereka tidak tahu. Bapak Tara, Gene, merupakan laki-laki yang sangat patriarkis dan otoriter, Ia juga yang memaksa istrinya, Faye, Â untuk menjadi bidan atau lebih tepatnya menjadi 'dukun bayi'. Bagi Gene, menjadi dukun bayi adalah panggilan Tuhan, sebaliknya pengobatan modern sama halnya melawan Tuhan. Mereka juga percaya bahwa obat-obatan modern adalah racun yang perlahan akan mematikan tubuh. Karenanya, keluarga Westover kemudian mengembangkan pengobatan alternatif.
Pengobatan herbal tidak salah, di berbagai tempat termasuk Indonesia pun banyak ditemukan pengobatan semacam itu, namun yang perlu diperhatikan bahwa mereka menekankan anti, dan membenci yang berbeda. Kebencian itulah yang menjadi racun bagi keluarga Tara. Bahkan hubungan baik ibu Tara dengan keluarganya seperti nenek dan tantenya pun terganggu karena kepercayaan ayah Tara. Bagi ayah Tara, dialah yang paling agamis, dan semua yang berbeda dengannya layak untuk dicaci dan dianggap anti Tuhan. Kepercayaan ayah Tara bahkan sampai pada level halu yang pada nantinya meneguhkan Tara untuk mengambil jarak dan memutus kontak dengan keluarga intinya.
Keluarga sebagai Medan Perang Pertama
Pada dasarnya, Tara adalah perempuan cerdas. Hanya saja, dia tidak pernah bersekolah dan bahkan harus main petak umpet setiap baca buku. Tetapi kemudian, hidupnya perlahan terpantik setelah melihat kakaknya, Tyler' yang pertama kali memperkenalkan banyak lagu-lagu melalui CD. Kakaknya pula yang kemudian melihat kecerdasan Tara, dan menyadarkannya untuk lanjut menempuh pendidikan. Selain itu, kakanya ini yang pertama kali memperlihatkan perlawanan terhadap ayahnya dan yang kelak akan membersamai tumbuh kembang Tara sebagai perempuan dewasa yang terdidik dan merdeka.
Perjuangan Tara tidak saja menghadapi orang tuanya yang menekankan model didikan 'strickt parent', Ia juga harus ikut membantu keluarganya bekerja, pun harus mencari berbagai alasan untuk menutupi kenyataan bahwa Ia tidak pernah sekolah. Ia seperti tumbuh terasing di komunitas sosialnya, dan perlahan menyadari kebodohan yang melekat dengan dirinya ketika Ia perlahan bertemu dengan teman-teman sepantarannya. Di sisi lain, Ia menyayangi keluarganya, mempercayai apa yang orang tuanya katakan, dan sekaligus menjadi anak yang taat dalam beragama. Namun keterhubungannya dengan banyak orang, dan pengaruh Tyler membuatnya menyadari bahwa ada yang salah meski entah apa.
Dan hal lainnya yang membuat pembaca terkoyak adalah kekerasan yang Ia alami baik verbal maupun non-verbal dari saudara lak-lakinya yang lain, Shawn, saudara yang sama-sama tumbuh di keluarga Westover. Berbeda dengan Tyler yang memposisikan diri sebagai pelindung, Shawn menunjukan perangai sebaliknya. Ia mirip dengan ayahnya. Shawn sangat tempramen, dan menyukai kekerasan. Ia pula yang selalu mengejek Tara dengan kata-kata makian dan kotor, kata-kata yang membuat Tara cukup traumatik, yang perlahan Ia percayai dan membuatnya merasa kotor. Shawn bahkan tidak saja melakukan kekerasan terhadapnya, namun juga Ia lakukan dengan pasangannya.