Mohon tunggu...
khusnul khasanah
khusnul khasanah Mohon Tunggu... mahasiswa -

✩✩كن متفائلا ولا تكن متسائما✩✩ Dibalik kesuksesan ku ini, karena ridho Allah serta berkat adanya do'a darimu abah umik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Minggu yang Benar-benar Berbeda

14 November 2017   07:16 Diperbarui: 16 November 2017   07:11 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
easyfreeclipart.com

Dihari Minggu yang masih diselimuti kabut yang tebal, aku dibangunkan ayah pagi-pagi sekali. Tanpa rasa bersalah aku sama sekali tidak menghiraukan seruan panggilan ayah didepan pintu kamar ku. Aku tetap melanjutkan tidurku yang masih terus diselimuti rasa kantuk yang tebal.

Ayah tetap menunggu di depan pintu kamar ku dan terus mengetuknya. Tak biasanya ayah membangunkanku seperti itu. Hingga akhirnya aku beranjak bangun karena benar-benar merasa terganggu dengan suara ketukan pintu ayah yang terus-terusan berdenging ditelingaku.

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk keluar dari ruangan yang sudah menyelimutiku dengan rasa kantuk itu. Ku buka pintu kamarku dengan mata yang masih sayup-sayup akan kantuk.

Saat ku buka pintu ternyata ayah, ibu, dan adik, mereka semua berdiri bahagia menyambutku dengan membawa sebuah kue yang bercahayakan lilin dan bertuliskan "Selamat Ulang Tahun Kakak" diatasnya.

Rasa kantuk ku hilang begitu saja seakan-akan aku tak pernah merasakannya. Rasa bahagia, senang, sampai menangis terharu bahagia benar-benar aku rasakan dihari Minggu kemarin.

Aku tak bisa berkata apa-apa selain tertawa, menangis bahagia kepada mereka bahkan sampai salting (salah tingkah). Mereka hanya tersenyum melihat ku salting.

"Nak, selamat ulang tahun ya. Semoga panjang umur, selalu diberi kesehatan, dan disukseskan bergelimutnya didunia pendidikan" kata ayah kepadaku. Aku hanya menangis saat mendengarkan.

"Nak, selamat ulang tahun juga ya. Semoga tetap jadi anak yang baik, nurut sama ayah, ibu, selalu diberi kesehatan, panjang umur" lanjut ibu kepadaku.

Dan ucapan yang terakhir dari sang adik tercinta kepadaku. Ucapan yang benar-benar mengguyonka. Aku, ayah dan ibu tertawa saat dia mengucapkan selamat ulang tahun untukku.

"Kak, ka-kak ulang tahun ya? Kado buat aku mana? Ayah, aku pengen kayak kakak gini, banyak lilinnya"

Namanya Elif, dia masih usia 2 tahun 5 bulan. Akan tetapi dia sudah sangat lincah dan mahir sekali. Dia lah penghibur kami dirumah saat suasana benar-benar sesang kacau. Apapun yang sedang terjadi pada kami, selama ada Elif hati kami tak pernah merasakan tegang atau pun gelisah yang berkepanjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun