Mohon tunggu...
khusnul khasanah
khusnul khasanah Mohon Tunggu... mahasiswa -

✩✩كن متفائلا ولا تكن متسائما✩✩ Dibalik kesuksesan ku ini, karena ridho Allah serta berkat adanya do'a darimu abah umik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Annisa's Diary

6 November 2017   22:11 Diperbarui: 6 November 2017   22:13 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Annisa. Usia ku saat ini 13 tahun, dan aku si putri bungsu pengidap Tunanetra yang terlahir dari kedua orangtua yang sangat baik hati. Mereka sangat sayang padaku dan mau menerima aku apa adanya. Akan tetapi saat aku beranjak usia 2 bulan mereka telah jauh pergi meninggalkanku akibat dari kecelakaan yang menimpa kami saat perjalanan pulang dari rumah nenek. Sejak saat kejadian itulah aku dan ke-3 saudara kandung ku mulai dibawa untuk tinggal bersama dirumah nenek. Dua orang kakak ku yang sangat cantik jelita dan satu abang yang keren nan gagah. Kami hanya tinggal bersama nenek saja, karena sudah 20 tahun yang lalu kakek telah meninggalkan kami.

Sejak usia 2 tahun hingga usia 10 tahun aku sudah ikutan untuk membantu-bantu nenek berdagang sayur dipasar. Meskipun hanya bisa membantu menemaninya dan membungkus-bungkus berbagai macam sayuran yang telah dibeli oleh pembeli. Tetapi hal itu sangat membuatku senang. Betapa menyedihkan dan mengharukan hidup kami ini, untuk makan saja harus kesana kemari mencari uang apalagi sandang yang bagus dan tempat yang nyaman. Selain untuk mendapatkan makanan saja, aku dan nenek bekerja untuk bisa membiayai sekolah kakak -- kakak ku.

Dengan kondisi ku yang seperti ini, aku tidak begitu merasa kecewa karena tidak mendapatkan pendidikan yang layak seperti mereka. Yah meskipun hanya sedikit memiliki rasa iri pada mereka, tapi hal itu tidak mengubah semangat ku untuk terus membantu nenek berdagang.

Banyak sekali berbagai macam pertanyaan dilontarkan dari tiap-tiap masing pelanggan nenek dipasar untuk ku "loh kok adek ikutan dipasar juga? Sekolahnya libur atau gimana?" dan lagi "kamu sekolahnya sudah kelas berapa? Kok jam segini belum berangkat?" dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang membuat aku teringat akan orangtua. Betapa sedihnya hati ini tanpa adanya dampingan dari mereka yang selama ini aku rindukan.

Bertahun-tahun aku menjadi anak yang mandiri, anak yang kuat pantang menyerah dan terus semangat. Berbeda sekali dengan ketiga saudaraku, yang selalu mendapatkan hidup enak, pendidikan yang baik, serta sandangan yang bagus. Rasa iri pada hatiku ini muncul sesaat saat melihat semua teman-temanku berlarian kesana kemari, bercanda tawa dilingkungan sekolah, diantar-jemput orangtua, bertukar pendapat didalam kelas hingga pengadaan wisuda diakhir masa sekolah.

Mulai usia 11 tahun aku berhenti membantu nenek dipasar. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku untuk belajar bersama teman-teman sekitar rumah nenek. Diantaranya ada Sindy, Mira, Sandi, Ella, Nadia, Manda. Mereka adalah sahabat-sahabat yang selalu ada dan selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Sedikit pun aku mengeluh mereka sesegera mungkin datang untuk menemui dan memastikan apa yang sedang ku keluhkan.

Kedua kakak ku telah menikah 2 tahun yang lalu. Mereka semua ikut tinggal dirumah suami-suami mereka. Tinggallah aku, abang, dan nenek yang hidup bersama. Abang ku saat ini kelas 2 SMA, sedang aku masih dengan kondisi yang sama tidak berpendidikan. Belajar ku ya hanya sekedar dirumah dan di TPQ saat sore hari pukul 16:30 hingga malam pukul 19:30.

Kakak-kakak pengajar di TPQ ku sangat baik dan benar-benar menyenangkan. Mereka selalu sedia menerima dan membantu ku mendapatkan pendidikan yang layak. Membantu aku agar tidak tertinggal oleh teman-teman yang lain. Aku sangat bangga dan senang sekali memiliki guru yang sangat baik dan sholih/ah. Nenek merestui aku belajar mengaji bersama mereka. Tidak hanya sekedar mengaji saja yang diberikan padaku. Mereka juga mengajarkan ku menulis dan membaca. Selain bisa melafadzkan bacaan, mereka juga ingin aku bisa menuliskan serta membaca dari lafadz tersebut. Untuk menulis dan membaca saja butuh perjuangan yang kuat. Tapi aku tidak menyerah dan terus semangat. Aku benar-benar sayang pada mereka, pada nenek, abang serta sahabat-sahabat yang selalu ada buat ku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun