Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Megadeth, Membuat Musik Heavy Metal tak Pernah Padam

4 September 2021   20:08 Diperbarui: 4 September 2021   20:24 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi generasi tahun 80an, pencinta musik heavy metal, jika disebut nama Dave Mustaine tentulah tidak ada yang tidak mengenalnya. Dedengkot musik heavy metal yang mantan personel grup Metallica, yang hengkang dan membentuk grup legendaris Megadeth yang telah mengguncang dan memberi warna tersendiri bagi blantika musik metal sejagad.

Dibentuk tahun 1983 Megadeth langsung menggebrak dan mendapatkan tempat di hati penggemar metal, sempat bubar tahun 2002 dikarenakan Dave Mustaine mengalami cedera otot Saturday Night Palsy.

Namun usai pulih Mustaine kembali menghidupkan Megadeth di tahun 2004 yang hingga sekarang mereka masih eksis di blantika musik dunia, bahkan di tahun ini meski ditengah pandemi covid-19 yang masih belum mereda di Amerika Serikat, Megadeth akan menggelar tour konser mereka.

Megadeth yang kini beranggotakan Dave Mustaine, David Ellefson, Dirk Verbeuren dan Kiko Loureiro, ada banyak deretan musisi kelas dunia yang pernah gabung di grup trash metal ini, seperti almarhum Nick Menza sang  penggebuk drum, juga drummer yang dijuluki berkaki mesin Chris Adler, dan banyak lagi.

Banyak lagu-lagu Megadeth yang hits menghentak ruang dengar pencinta musik cadas, sebut saja lagu The Mechanix yang menjadi sengketa besar antara Megadeth vs Metallica, lagu ini sempat dirilis oleh Metallica dengan judul, The Four Horsemen. Tapi Dave Mustaine yang mengklaim sebagai pemilik hak resmi atas komposisi lagu tersebut. 

Lagu Mechanix akhirnya jadi titel lagu Megadeth yang sempat dirilis dalam Last Rites (demo, 1984) dan Killing Is My Business... And Business Is Good! (1985).
Dari album Peace Sells (1986) ada lagu wake up dead dan lagu Peace Sells yang konon menantang stereotip negatif kaum konservatif terhadap para metalhead.

Di tahun 1988 dari album So Far, So Good... So What, ada lagu In My Darkest Hour, ada lagu Hangar 18 dan juga Holy Wars dari album Rust in Peace (1990), ada lagu Sweating Bullets dan Symphony of Destruction, dari album Countdown to Extinction (1992), Angry Again dari album Last Action Hero (1993). Dari album Youthanasia (1994) Train of Consequences dan Tour le Monde yang bergenre balada yang syahdu namun kokoh. Dari album Hidden Treasure ada lagu 99 Wats to Die (1995). Dari tahun 1997 ada lagu Trust dari album Cryptic Writings.

Dan tentu saja lagu Dystopia dari album yang bertitel sama (2016) dimana lewat tembang ini Megadeth meraih gelar Best Metal Performance di Grammy Award.

Bagi generasi pecinta heavy ataupun trash metal tanah air sekarang, juga tidak asinglah dengan grup yang masih eksis hingga sekarang ini, sempat beberapa kali mampir ke Indonesia untuk tampil menghibur metalmania. 

Kali pertama Megadeth tampil di Indonesia, di tahun 2001 di stadion teladan Medan. Terakhir Megadeth tampil di Indonesia di festival Jogjarockarta 2018, yang sempat ingin disaksikan oleh presiden Jokowi, tapi kemudian tidak jadi, tapi dalam tampilan Megadeth di Jogja, pak Ganjar Pranowo sempat ikut menonton. Setahun sebelumnya di 2017, pada gelaran Hammersonic festival di Eco Park, Ancol Megadeth juga tampil menghibur metalmania.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun