Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Positif Covid di Kota Kendari Lebih Tinggi dari Jumlah Positif di 7 Provinsi

10 Agustus 2020   22:44 Diperbarui: 10 Agustus 2020   22:33 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar kendarikota.go.id

Semenjak dua bulan belakangan ini, jumlah pasien konfirmasi positif covid-19 di kota Kendari meningkat sangat signifikan. Seiring dengan kebijakan pemberlakuan new normal atau adaptasi kebiasaan baru yang sepertinya disalah mengerti oleh sebagian masyarakat, dengan menganggap ancaman penyebaran dan juga tingkat bahaya covid-19 ini telah terkendali. Pandangan yang sungguh sangat keliru, dan ini berimplikasi secara nyata dalam peningkatan jumlah pasien konfirmasi positif di kota Kendari. Sebagai gambaran, pada tanggal 22 juni lalu, pemerintah kota Kendari merilis aplikasi gelang absen untuk memantau pergerakan ASN kota Kendari terkait pemantauan interaksi pegawai pemkot seiring telah dimulainya kembali kegiatan work from office, saat itu tercatat total konfirmasi positif covid-19 adalah 68 orang, 4 orang meninggal dunia dan 58 orang sembuh, dan yang masih dalam perawatan sebanyak 6 pasien, hal ini cukup menggembirakan hampir satu bulan terakhir hanya tercatat 1 atau 2 konfirmasi positif. Tapi seiring era new normal yang disalah mengertikan oleh masyarakat, lonjakan kasus positif sangat signifikan, hampir setiap hari tercatat ada kasus positif, kadang dengan konfirmasi di atas 10 kasus, dengan rekor kasus positif dalam sehari  48 kasus.

Sampai hari ini 10/8-2020 tercatat jumlah kasus positif kota Kendari total adalah 296 kasus, dengan 7 orang meninggal dunia, 142 orang sembuh dan 147 orang masih dalam perawatan. Jumlah total kasus positif sebanyak 296 kasus ini. Untuk ukuran kota sedang seperti kota Kendari yang berpenduduk sekitar 300.000 jiwa dan tingkat kepadatan yang relatif longgar, serta tingkat aktifitasnya yang tidak sedinamis kota-kota yang ada di pulau Jawa atau ibukota Propinsi lain di Indonesia, jumlah kasus konfirmasi positif covid-19 ini  adalah hal yang sangat memprihatinkan, jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah kasus positif tingkat propinsi, kota kendari sama dengan propinsi Kalimantan Utara dengan 296 kasus yang berada pada urutan ke 28 secara nasional, jika dibandingkan dengan kasus sembuh dan kasus meninggal dunia  Kalimantan Utara masih lebih baik dengan 279 orang sembuh dan 2 orang meninggal dunia, 6 propinsi lain yang jumlah kasus positifnya lebih kecil dari kota Kendari adalah NTT, Babel, Jambi, Sulteng, Bengkulu dan Sulbar.

Lonjakan kasus positif covid-19 ini, menyebabkan ruang isolasi pasien positif Covid-19 di RSUD Kota Kendari sudah melebihi kapasitas alias full, seiring peningkatan signifikan kasus positif di ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini. Kapasitas maksimal ruang isolasi Covid-19 di RSUD Kota Kendari hanya 75 pasien. Namun karena terjadi penambahan kasus dalam beberapa hari ini, sehingga semua ruang isolasi telah penuh terisi, maka banyak pasien yang tidak tertampung dialihkan untuk dirawat di RSU Bahteramas Kendari. Mengantisipasi lonjakan pasien yang mungkin saja terus bertambah Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir telah menginstruksikan untuk dibangun gedung baru dengan kapasitas 40 kamar. Di kota Kendari, selain RSUD Kota Kendari, ada RSU Bahteramas sebagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, yang dimiliki oleh pemerintah propinsi Sulawesi Tenggara. Pemerintah Provinsi Sultra juga tengah membangun beberapa gedung sebagai ruang isolasi baru sebagai antisipasi peningkatan kasus positif yang mungkin saja terjadi, mengingat trend peningkatan kasus yang terus saja bertambah.

Peningkatan jumlah kasus yang melonjak secara drastis ini, sangat mengkhawatirkan, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan sangat minim, kalau dalam istilah lokal disebut "kapatuli" atau kepala batu, dan sepertinya ini bukan saja diperlihatkan atau ditunjukkan oleh masyarakat awam, tapi juga ditunjukkan oleh aparat-aparat pemerintahan sendiri yang seharusnya menjadi ujung tombak penerapan protokol kesehatan secara bertanggungjawab, tapi justru dari mereka malah menciptakan klaster-klaster baru penyebaran virus corona ini. Selain transmisi lokal, banyak kasus teridentifikasi  dari klaster kantor yang dibawa oleh pejabat-pejabat kantor yang melakukan perjalanan dinas ke area zona merah alias daerah rawan penyebaran covid-19, sudah ada beberapa instansi yang ditutup sementara karena ada pegawainya yang positif corona. Pejabat pemerintah, tenaga medis, dosen dan juga anggota dewan sudah banyak yang terkonfirmasi positif, namun masyarakat masih tetap saja menganggap ini bukan masalah yang serius, pasar-pasar, rumah makan juga tempat ibadah, bahkan hotel-hotel bebas buka meski dengan protokol kesehatan yang seadanya, bahkan boleh dibilang tidak ada sama sekali. Saya beberapa kali mampir makan di rumah makan, semuanya tanpa protokol kesehatan, tidak ada hand sanitizer, pelayan yang tidak mengenakan masker, tak ada jaga jarak, demikian pula di hotel-hotel yang sudah mulai buka dan menyelenggarakan pesta perkawinan, protokol kesehatan memang ada tapi sangat tidak ketat, bahkan ada yang sama sekali tidak memperhatikan wajibnya pelaksanaan protokol kesehatan, kecuali saya lihat hotel yang tergabung dalam manajemen hotel nasional cukup ketat memberlakukan protokol kesehatan, dengan wajib mencuci tangan, wajib masker dan jaga jarak. Ini semua terjadi di depan mata, dan pemerintah daerah sepertinya juga tidak peduli, pengunjung rumah makan malah hampir semuanya didominasi oleh orang-orang yang berseragam pegawai, yang dalam hal ini sebenarnya harus menjadi ujung tombak untuk membenahi kesemrawutan atau kecuekan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan, yang merupakan kewajiban untuk diterapkan.

Ancaman covid ini bukan main-main, harus menjadi perhatian serius, karena mau tidak mau jika penyebarannya tidak terkendali, dampak lebih parah yang kita takutkan seperti krisis ekonomi pasti akan terjadi sekali lagi pasti akan terjadi. Pelonggaran yang dilaksanakan saat ini seharusnya adalah pelonggaran yang bertanggungjawab dan berada dalam kontrol penuh pemerintah, khususnya pemerintah daerah, ketegasan yang bertanggungjawab sangat dibutuhkan untuk mendobrak sikap tak peduli masyarakat, menjadi sikap peduli dan bertanggungjawab. Hal ini yang harus menjadi perhatian serius pemerintah kota Kendari, pencegahan dan penanganan covid-19 ini bukan lagi hanya sebatas imbauan, mulut sekarang tidak berlaku, aksi di lapangan harus ditegakkan sebagai efek kejut bagi masyarakat, hal mana pernah sukses dilakukan oleh pemerintah kota Kendari dengan melaksanakan "lockdown" lokal selama 3 hari yang langsung menyebabkan kota Kendari menjadi hening tanpa aktifitas berarti. Semoga wabah ini cepat terkendali dan segera hilang dari muka bumi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun