Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bagaimana Menyikapi Sampah Plastik?

8 Juli 2020   14:17 Diperbarui: 8 Juli 2020   15:48 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah Plastik Henderson(University of Tazmania) kompas.com

Tidak bisa dipungkiri bahwa penemuan plastik telah mengubah kehidupan manusia secara revolusioner. Plastik menawarkan kemudahan bagi pemenuhan barang-barang kebutuhan manusia yang sebelumnya terbuat dari material yang memiliki tingkat kesulitan dalam pembuatan dan pemerolehan bahan bakunya.

Plastik diminati selain karena praktis, murah dan ringan, proses pembuatan dan pengolahannya pun mudah.

Dengan bahan yang praktis dan sangat fleksibel untuk mengikuti desain yang diinginkan, plastik menjadi pilihan yang sering dipakai dalam berbagai kebutuhan. Hampir disetiap kebutuhan, keberadaan plastik selalu hadir dan tersedia.

Namun disisi lain, plastik merupakan material yang sulit terdegradasi (terurai) secara alami. Dan parahnya sebahagian besar produksi plastik dirancang untuk dibuang, dan plastik-plastik yang terbuang tersebut tidak semuanya sampai ke tempat pembuangan untuk didaur ulang, namun justru berserakan di tempat-tempat yang tidak seharusnya.

Dikutip dari kompas.com menurut Laura Parker dari National Geographic melaporkan bahwa 40 persen dari plastik non-fiber diproduksi sebagai kemasan yang disobek dan dibuang. Akibatnya, hanya 9 persen dari seluruh plastik di dunia yang didaur ulang, dan sebanyak 54 persen dari plastik yang dibuang adalah kemasan.

Manusia tengah mengubur planetnya sendiri dengan plastik. Menurut penelitian terbaru, sebanyak 9 miliar ton plastik telah diproduksi sejak 1950 dan mayoritas kini memenuhi tanah dan lautan kita.

"Kita sedang menuju ke arah 'Planet Plastik', dan jika kita tidak mau tinggal di dunia seperti itu, maka kita harus mulai berpikir ulang mengenai cara penggunakan materi-materi tertentu seperti plastik," ujar pakar ekologi industri Roland Geyer kepada BBC News 19 Juli 2017. Dikutip dari ( Kompas.com dengan judul "Berapa Banyak Plastik yang Sudah Kita Produksi Selama Ini?"

Lantas bagaimana kita menyikapi dilema plastik yang "dilarang", namun juga "dibutuhkan". Tentunya kita harus tahu apa sih kerugian dan keuntungan dari penggunaan plastik ?.

Apa saja dampak plastik bagi bumi?

  • Karena bahan dasar plastik adalah polimer yang memiliki rantai karbon yang panjang, plastik baru dapat diurai oleh tanah setidaknya setelah tertimbun selama 100 hingga 500 tahun. Plastik akan mengalami proses penguraian yang menimbulkan zat kimia yang dapat mencemari air tanah dan tanah,  racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. sehingga akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.
  • PCB (polychlorinated biphenyl) yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh hewan maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
  • Plastik telah menjadi pencemar utama di wilayah perairan, menyebabkan matinya jutaan burung laut, mamalia laut, dan juga ikan-ikan yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dalam setiap tahunnya, yang menyebabkan terganggunya ekosistem laut.
  • Sampah plastik yang dibuang secara sembarangan di sungai-sungai selain menyebabkan penyumbatan pada aliran air sungai juga menyebabkan pendangkalan sungai yang dapat menyebabkan banjir.
  • Plastik yang dibakar akan membuat zat-zat kimia berbahaya yang terkandung di dalam plastik akan tersebar ke udara menjadi polusi udara, zat-zat racun yang dikandung plastik akan mengkontaminasi udara. Dalam asap plastik yang terbakar terkandung zat dioksin dan zat karsinogenik yang apabila dihirup oleh manusia dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan sistem pernapasan, kanker, dan gangguan sistem syaraf.
  • Keberadaan plastik mulai dari proses produksinya, penggunaan, hingga pembuangannya menghasilkan emisi karbon yang tinggi sehingga berkontribusi terhadap perubahan iklim yang memicu pemanasan global. Juga sumber material kantong plastik yang terbuat dari minyak bumi, yang merupakan sumber daya alam tak terbarukan.

Apa keuntungan dari penggunaan plastik?

  • Dikutip dari Tirto.id. Sebuah riset tentang perbandingan kemasan berbahan plastik dan bahan alternatif di AS dan Kanada menunjukkan: penggunaan bahan-bahan pengganti plastik juga punya konsekuensi mengkhawatirkan. Dari segi dampak terhadap lingkungan, menurut riset tersebut, kemasan plastik masih merupakan yang paling efisien. Penggunaan bahan pengganti plastik akan menghasilkan biaya empat kali lebih besar untuk pemeliharaan lingkungan; Lima kali lebih besar untuk perbaikan kesehatan dan ekosistem; Tiga kali lebih besar untuk menanggulangi perubahan iklim dan;  Hampir dua kali lebih besar untuk perbaikan kerusakan laut.
  • Keuntungan dari sektor industri dan perekonomian. Menurut Kemenperin bahwa industri kemasan plastik berperan penting dalam rantai pasok bagi sektor-sektor strategis seperti makanan dan minuman, farmasi, kosmetika, serta elektronika. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), Kemenperin mencatat ada 925 perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk plastik. Sektor ini menyerap 37.327 orang tenaga kerja dan memiliki kesanggupan produksi sebesar 4,68 juta ton per tahun. Disamping itu kesadaran untuk mendaur ulang sampah plastik memberi efek yang signifikan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, daur ulang sampah plastik memiliki efek yang signifikan dalam menggerakkan perekonomian masyarakat karena rantai produksinya melibatkan banyak pihak, mulai dari pemulung, pelapak, kelompok masyarakat hingga industri besar yang mendaur ulang sampah plastik. (Tirto.id)

Permasalahan sampah plastik rupanya bukanlah hal yang sepele, permasalahan ini sudah menjadi isu global. Namun yang mesti menjadi sorotan dari plastik ternyata bukanlah produksi atau pemafaatannya tapi pengelolaan dan penanganan pasca penggunaannya. Sebagaimana yang kita kenal selama ini program zero waste, juga 3R, recycle, reuse dan remanufacture.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun