Mohon tunggu...
chrstyhbt
chrstyhbt Mohon Tunggu... Freelancer - jakarta

saya lucu

Selanjutnya

Tutup

Nature

Eksternalitas Negatif dari Perubahan Cuaca

15 Januari 2020   18:20 Diperbarui: 15 Januari 2020   18:19 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari pertama di tahun baru 2020 warga Jabodetabek disambut oleh genangan air yang membanjiri tempat tinggal mereka dan jalan -- jalan utama nya. Tapi sebelum mengetahui lebih lanjut, kita harus tau dulu apa itu banjir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), banjir adalah berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tentang sungai dan sebagainya) atau bisa juga diartikan dengan peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa perubahan iklim yang meningkatkan risiko curah hujan ekstrem yang menjadi salah satu penyebab banjir. BMKG mencatat bahwa banjir yang melanda Jabodetabek kemarin dikarenakan curah hujan melebihi 150 milimeter per hari dan turun cukup merata di wilayah tersebut.

Curah hujan yang ektrem yang merupakan dampak dari perubahan iklim merupakan eksternasilitas lingkungan. Tapi eksternalitas positif atau negatif kah? Tentu nya negatif, karena banyak memberikan dampak negatif dari segi manapun. Dampak yang paling parah adalah memakan banyak korban jiwa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah warga Jabodetabek yang meninggal akibat banjir sampai hari senin (6/1) sejumlah 67 orang.

Menurut Herizal selaku Deputi BMKG menyebutkan banyak factor lain yang menjadi penyebab banjir antara lain, besarnya limpahan air dari daerah hulu, berkurangnya waduk dan danau sebagai tempat penyimpanan air, permasalahan mendangkal dan menyempitnya sungai akibat sedimentasi dan banyaknya sampah.

Karena banjir juga merendam jalan utama  di sejumlah wilayah Jakarta maka menutup akses untuk kendaraan yang lewat dan dialihkan melalui jalan lain bahkan motor pun sampai diperbolehkan masuk tol. Akibatnya menurunkan produktivitas kerja karena banyak jalan yang ditutup dan terjadi kemacetan sehingga mungkin banyak karyawan yang terkendala menuju kantor nya.

Dampak lainnya dari banjir adalah kerusakan barang dan tempat tinggal dan kerugian harta benda. Bahkan dibeberapa tempat yang arus banjirnya kencang, barang-barangnya hilang terbawa arus. Banyak juga mobil yang terbawa deras nya arus, seperti di Perumahan Ciledug Indah 1, Kota Tangerang ada 4 mobil yang terseret sampai ke paling belakang komplek perumahan dan setelah surut kondisi mobil  ke empat mobil tersebut terlihat hancur.

Alat transportasi lain di Jakarta yang terganggu akibat banjir yaitu KRL dan pesawat. Akibat banjir yang menggenang dibeberapa rel kereta yang di lintasi KRL membuat KRL tak bisa beroperasi. Vice President PT. Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba mengatakan sejumlah kereta tak bisa melintas disejumlah titik karena ketinggian air sudah melewati permukaan rel.

Banyak kerugian yang disebabkan oleh banjir, bahkan beberapa yang terkena banjir menggugat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sampai tanggal 13 Januari 2020, Tim Advokasi banjir menerima sekitar 650 orang yang sudah mendaftarkan diri untuk menggugat Anies Baswedan. Namun, Kepala Biro Hukum Pemprov DKI Jakarta Yayan Yuhanah belum bisa mengatakan secara resmi mengenai hal tersebut.

Untuk mengantisipasi adanya banjir susulan, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Juaini Yusuf mengatakan pihak nya sudah mulai memperbaiki pompa-pompa yang rusak karena terendam banjir. Selain itu, Ancol juga menunjukkan keikutsertaannya dalam antisipasi banjir dengan menyiapkan 26 rumah pompa air (chamber) yang dilengkapi dengan 48 unit pompa dengan kapasitas buang 447,1 m3 per menit dan saat ini kondisinya semua berfungsi dengan baik.

Dan juga untuk antisipasi banjir dari segi transportasi, PT. KAI akan meninggikan rel kereta api di sekitar Stasiun Rawa Buaya. Hal ini dilakukan agar perjalanan kereta tidak terganggu lagi ketika banjir terjadi. Rencana ini akan segera dilakukan setelah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melihat langsung rel kereta antara Stasiun Batu Ceper sampai Stasiun Rawa Buaya yang terkenang. Rencana nya rel akan ditinggikan sekitar 75 centimeter (cm).

Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mulai membersihkan sampah di aliran Kanal Banjir Barat Ciliwung pada 8 Januari kemarin. Sampah-sampah yang ditemukan kebanyakan berupa ranting pohon dan sampah plastik. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah banjir susulan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun