Mohon tunggu...
CHRISTOPHER ALVANDIO_PWK_UNEJ
CHRISTOPHER ALVANDIO_PWK_UNEJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA - UNIVERSITAS JEMBER

Hallo sobat kompas, mari saling berdiskusi dan belajar bersama .

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Blitar Pasca Meroketnya Harga BBM

14 September 2022   19:03 Diperbarui: 14 September 2022   19:43 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi Covid-19 tidak hanya menyerang kondisi tubuh manusia, namun juga berdampak kepada aspek kehidupan, yaitu perekonomian. Semenjak tahun 2020 perekonomian masyarakat di Indonesia turun secara pesat dan mengakibat kemiskinan. Masalah kemiskinan masih menjadi masalah utama di pedesaan, karena secara kewilayahan kantong utama Jawa Timur berada di pedesaan. Banyak faktor yang mempengaruhi turunnya perekonomian masyarakat Indonesia khusunya di Blitar antara lain kesulitan bertemu pencari kerja dan lowongan pekerjaan, kemajuan teknologi, kemampuan para pencari kerja yang tidak sesuai, kurangnya pendidikan dan keterampilan, dan ketidakseimbangan anatara pekerjaan dan jumlah tenaga kerja. Selain faktor tersebut, adalagi faktor yang dapat membuat masyarakat semakin cemas, yaitu naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Kebijakan perubahan merupakan pergantian suatu kebijakan ke kebijakan yang baru dengan tujuan memperbaiki kebijakan yang sebelumnya. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang penentuannya ditentuntukan oleh pemerintah. Peran Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, baik masyarakat di desa maupun di kota, baik sebagai rumah tangga, pengusaha, demikian juga sangat penting bagi sektor industri dan transportasi. Selama ini negara senantiasa tetap menjaga kestabilan harga bahan bakar minyak agar tetap dapat dijangkau oleh masyarakat indonesia. Akan tetapi, meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi bbm dan juga meningkatnya harga bbm internasional yang menyebabkan harga bbm lokal juga naik agar keberlanjutan fiscal negara tetap aman.

Kenaikan harga bahan bakar minyak bukanlah hal baru di Indonesia, dari masa Presiden Soeharto hingga masa Presiden Joko Widodo harga bahan bakar minyak terus merangkak naik, hanya Presiden Habibie yang tidak menaikan harga bahan bakar minyak malah menurunkan Rp200 per liter. Kebijakan perubahan harga yang dilakukan pemerintah belakangan ini dapat kita lihat di berita, baik media cetak maupun elektronik bahwa harga BBM Pertalite yang semula Rp7.600 per liter naik menjadi Rp10.000 per liter, harga BBM Pertamax yang semula Rp12.500 per liter naik menjadi Rp14.500 per liter, dan harga BBM Solar yang semula Rp5.000 per liter naik menjadi Rp6.800 per liter.

Menaiknya harga bahan bakar minyak akan sangat berdampak pada kehidupan masyarakat, baik kalangan bawah sampai kalangan atas, karena menaiknya harga bbm akan mempengaruhi harga barang yang akan ikut naik sehingga berpengaruh kepada daya produksi dan daya beli masyarakat menurun yang mengakibatkan tidak adanya produksi dan tidak adanya pembelian sehingga perekonomian menurun.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Bahan Bahan Minyak (BBM) Pertalite adalah BBM jenis Premium yang paling sering digunakan sepanjang tahun 2021 dengan volume mencapai 23 juta kilo liter, jumlah tersebut setara dengan 79% dari total konsumsi BBM jenis bensin mencangkup juga Pertamax dan Pertamax Turbo. Keberadaan BBM Pertalite saat ini sangat penting karena menjadi bahan bahan bagi masyarakat yang sangat terjangkau dan bersubsidi pemerintah.

Berdasarkan pengamatan lapangan, kenaikan bahan bakar minyak nonsubsidi yaitu Pertamax membuat masyarakat beralih ke bahan bakar minya susbsidi yaitu Pertalite. Di SPBU, antrean BBM Pertalite jauh lebih ramai dibandingkan BBM Pertamax.

KEBUTUHAN POKOK DI BLITAR

Harga sejumlah kebutuhan pokok di Blitar mulai merangkak naik pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak atau BBM. Dampak dari naiknya harga Bahan Bakar Minyak, mulai terjadi di harga bumbu masakan. Hal ini berdampak kepada para pedagang masakan dan katering yang ingin meninggikan harga jual, namun mereka takut kehilangan pelanggan. Salah satu pedagang di Blitar tidak menaikan harga jual masakannya karena jarak rumah ke pasar untuk membeli bahan masak tidak memerlukan ongkos BBM. Namun, setelah naiknya harga BBM keuntungan dari hasil jualannya menurun sampai 20 persen karena beberapa harga bahan mentah mengalami kenaikan, seperti cabai merah, vawang putih, dan bawang merah. Namun, pedangang tersebut saat ini masih memepunyai stok bahan mentah dari bulan kemarin, ia juga biasanya mengambil stok bumbu masak tersebut langsung dari suplier atau pengepul.

Kenaikan harga kebutuhan pokok paling menonjol terjadi pada komoditas beras. Harga beras yang sebelumnya Rp52.000 per kemasan lima kilogram menjadi Rp55.000 sampai Rp56.000 per kemasan lima kilogram. Selain berasa, harga bawang merah juga kembali melonjak, harga bawang merah yang sebelumnya Rp27.000 sampai Rp28.000 per kilogram menjadi Rp30.000 per kilogram.

Pasca pemerintah resmi menaikan harga BBM kenaikan bahan kebutuhan pokok terjadi secara bertahap. Menurut pedagang dampak kenaikan harga bbm belum begitu terasa terhadap harga kebutuhan pokok di pasaran yang memperkirakan harga kebutuhan pokok dampak dari naiknya harga bahan bakar minyak akan terasa satu sampai dua pekan kedepan.

OJEK ONLINE DAN ANGKUTAN DI BLITAR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun