By Christie Damayanti
[caption id="attachment_152197" align="aligncenter" width="640" caption="antarafoto.com"][/caption]
Koran Kompas tanggal 26 November 2011 lalu tentang banjir di perumahan2 elite Pluit, membuat aku miris. Seperti apa yang dikatakan, bahwa rob atau limpasan air laut membuat rumah2 seharga 5 M di Pantai Mutiara terendam banjir. Minggu kemarin, 27 November 2011, aku survey ke daerah itu dan ternyata memang membuat aku merenung tentang kenyataan itu .....
Seperti yang banyak aku tulis tentang daerah 'pantura', termasuk reklamasi ( lihat tulisanku tentang Reklamasi oh Reklamasi ...... dan Bagaimana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2010-2030 Tentang Reklamasi? ) , seharusnya pemda Jakarta HARUS menata ulang Pantai Utara Jakarta, bahkan SBY pun mengatakannya untuk mengingatkan pak Fauzi Bowo, juga beberapa orang yang tahu tentang permasalahan tersebut. (Kompas.com).
Bahwa, kalau negara2 lain membuat serta 'menaturalkan' ruang terbuka hijau ( misalnya, membuat sungai buatan yang berkelok2 seperti yang alami, atau membuat bangunan2 beton tidak seperti beton ), Indonesia justra BERLOMBA dan 'mendewakan' proyek atas nama penyelamatan Jakarta. Lalu bagaimana ini? Bagaimana Jakarta bisa terselamatkan ? Mungkin, 'orang2 yang mendewakan proyek atas nama penyelamatan Jakarta' berpikir bahwa, "Toh sebentar lagi aku mati", tapi bagaimana dengan keturunannya? Atau, bagaimana dengan kita, orang2 yang tidak bisa membuat Jakarta lebih baik? Bahkan, untuk 'berbicara' dengan bicara atau menulispun, tidak ada yang peduli ......
Tidak seharusnya, bangunan apapun langsung di laut seperti ini. Bagaiana keselamatan mereka? Apakah pemda tidak peduli?
Cukupkan hanya tanggul sekedarnya untuk menghalangi ombak laut? Tidak!
Mungkin tetrahyder yang 'sedikit' bisa menahan gelombang, tetapi tidak seperti foto diatasnya.
Bicara tentang birokrasi atau tentang penataan Jakarta sekarang ini, memang membuat aku emosi. Bukan hanya aku saja, pasti hampir semua warga Jakarta, ditambah orang2 yang memang peduli tentang Jakarta, akan gemas atau mungkin menjadi 'menutup mata'. Gemas, karena orang2 yang peduli Jakarta, ingin membuat Jakarta lebih baik lagi, tetapi 'orang2 yang mendewakan proyek atas nama penyelamatan', malah akan 'menjegal', seakan2 itulah yang lebih baik. Dan jika sudah pulus asa, justru mereka sering lebih 'menutup mata' untuk masalah itu, sehingga mereka menjadi orang2 yang bisa lebih 'menghancurkan' Jakarta ...... Ironis ......
Dengan laut hanya beberapa meter dari rumah2 besar itu, dan tidak ada 'alam' yang bisa menangkap gelombang laut ( misalnya hutan mangrove ), bagaimana air laut tidak 'menyerang' dan menghempas lingkungan?