Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Tuhan Datang Kepadaku....

7 Januari 2018   12:52 Diperbarui: 7 Januari 2018   12:59 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Yang ketiga, 

Desember 2017, di Jepang

Ketika aku menengok Michelle di Jepang. Natal 2017 ini, aku kesana sendirian karena memang aku kangen Michelle dan tudak ada yang bisa menemaniku. Jadilah aku kesana hanya dengan kursi roda ajaibku. Kemana2 keliling Tokyo sendirian, karena Michelle harus kuliah dan kerja. Hanya ketika dia sudah selesai tugas2nya, kami bertemu di suatu tempat untuk jalan2. Itupun tidak setiap hari.

Di sebuah hari, waktu itu aku sendirian ke Shinjuku. Dari apartemrn Michelle ke Shinjuku, berganti kereta 2x. Dari Funabashihoten, tempat apartemrn Michelle, berganti di Nishi Funabashi, langsung ke Shinjuku sejauh 1 jam.

Caraku naik kereta adalah meminta petugas stasiun untuk membawakan ramp untuk naik turun kereta. Dari stasiun keberangkatan dan di tujuan ada petugas stasiun yang menjemput, dengan ramp nya. Dan aku minta Michelle untuk mengetik di hp ku tulisan kanjinya, karena mereka sama sekali ga bisa berbahasa Inggris, walau hanya kata2 sederhana.

Begitu aku mau pulang dari Shinjuku, aku meminta bantuan petugas stasiun untuk menjemputku di Nishi Funabashi, sebelum ke Funabashihoten. Tetapi ketika sampai Nishi Funabashi, tidak ada petugas stasiun yang menjemputku! Aku bingung .....

Jika masinis tidak tahu ada disabled yang butuh bantuan, pintu kereta itu akan tertutup cepat dan kereta melaju bablas. Dan jika itu terjadi, aku akan bablas ebtah kemana karena aku tidak mampu berkata2 ini ada dimana, dari mana atau mau kemana! Dan aku bisa tidak kembali .....

Berarti, aku harus bergegas turun ke peron, walau tanpa ramp! Ketika itu jam 3.00 sore, kereta kosong. Di gerbongku hanya 3 orang sampai ke Nishi Funabashi, karena kota ini memang 'ndeso'. Jadi, begitu aku bingung, begitu aku disadarkan untuk berbegas turun! Dan aku berteriak meminta bantuan untuk kursi rodaku turun ke peron!

Ada 2 orang bapak2 Jepang tua. Salah satunya, tergopoh2 dan terbungkuk2 menuju kearahku, berjalan lambat, sambil berkata2 bahasa Jepang yang tidak aku mengerti. Tapi dengan tegang, aku menunjuk2 kursi rodaku untuk turun ke peron. Bapak Jepang tua itu, mendorong kursi rodaku, dan akhirnya kursi rodaku mendarat dengan aman di peron. Dan pintu gerbong ku, langsung tertutup dan kereta langsung melaju dengan cepat ......

Ketika aku sudah lega, selamat turun ke peron, aku menoleh ke belakang, untuk mengucapkan terima kasih, "arigatogozaimas", tetapi bapak2 Jepang tua itu tidak ada ......

TIDAK MUNGKIN naik lagi ke gerbong, karena waktunya cuma 1 atau 2 detik saja, dan bapak2 Jepang itu berjalan dengan lambat. TIDAK MUNGKIN juga jika beliau berlari naik lift atau naik tangga karena memang beliau berjalan terbungkuk2 dan lambat. Dan person n stasiun itu sangat sepi di jam 3.00 sore hari itu .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun