Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Pluit', Kawasan di Utara Jakarta yang Sarat dengan Masalah

17 Oktober 2013   18:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:25 2040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_295401" align="aligncenter" width="578" caption="hardysyahidin.blogspot.com"][/caption]

Pluit, salah satu kawasan terpadat di Jakarta

Ketika kita mendengar kata 'Pluit', boleh taruhan, bahwa kata itu mempunyai konotasi 'permasalahan'. Entah mengapa, kawasan itu ternyata memang banyak permasalahan bagi Jakarta. Dari geografisnya, Pluit memang berada di utara Jakarta. Itu artinya Pluit berada di sisi laut Jakarta. Suasana disana, untukku sungguh tidak nyaman.

Sejak kami masih kecil dan orang tuaku selalu atau sering membawaku ke Pluit, yang aku lihat dan bayangkan bahwa Pluit sangat croded, pun jaman tahun 1980-an. Udaranya tidak nyaman, sepertinya mengandung garam. Tangan terasa 'pliket', apalagi jika berkeringat ( padahal dengan Pluit tidak banyak pepohonan dan tidak mampu menyerap CO ), dan memang dibuktikan ketika kita cuci tangan di sebuah rumah makan, tangan kita justru semakin 'pliket', selalu licin dan sediit berbau. Apalagi jika jalan2 disana tergenang air. Mobil harus langsung dicuci sesampainya di rumah, karena ika tidak air garam itu mampu membuat keropos mobil kita ..... Tidak heran, teman2ku yang tinggal di Pluit, mobilnya tidak semulus teman2ku yang tinggal di daerah lain di Jakarta .....

Disamping itu, banjir merupakan hal yang lumrah untuk Pluit. Mereka tidak sadar, mengapa banjir selalu menikuti Pluit? Salah satunya adalah semakin menurunnya dataran Pluuit karena semakin banyaknya reklamasi ( salah satunya ) yang banyak di bangun oleh pengembang2 Jakarta.

Konotasi Pluit sekarang in adalah berfokus pada Waduk Pluit yang sempat bermasalah walau sekarang menjadi tempat yang luar biasa. Juga adanya reklamasi besar disana, yang membuat perlahan ( tapi pasti ) Jakarta akan 'tenggelam'. Pluit juga merupakan kawasan perdagangan dan pergudangan, sehingga sungguh tidak nyaman untuk sekedar berjalan2 disana, walau banyak titik2 strategis untuk sebenarnya Pluit bisa berbenah.

Coba lihat tulisanku Ada Apa dengan Waduk Pluit?, 'Waduk Pluit' : Mengapa Baru Sekarang? dan Sedikit Konsep untuk Waduk Pluit untuk Pak Jokowi. Atau juga tentang ini Perkampungan Nelayan dan Pasar Ikan : Apakah Pemda Masih Tidak Mau Peduli?. Masih banyak lagi yang aku ingin Pluit dibenahi. Tata letak perkotaannya pun menurutku semakin kesini semakin semrawut, sehingga jujur, aku sangat menghindari untuk kesana. Ditambah lagi dengan kemacetan yang semakin tidak menentu.

Tahun 1970-an, pertama kali aku ke Pluit ketika orang tuaku mengajak kami untuk berwisata ke Taman Buaya, kemudian ke Pasar Ikan. Aku ingat betul, tempat wisata itu menjadi lebih bermakna ketika warga Jakara masih cukup peduli denan lingkungannya. Kami juga sering mengunjungi taman yang selalu mengadakan pameran pohon2 buah, dan mamaku sering membelinya disana. Waktu itu, sepertinya udara di Pluit masih cukup baik ( segar ), dan jika berkeringat tidak 'pliket'.

Diakhiri dengan makan siang Bakmi Keriting, yang sudah ada sejak dulu, merupakan akhir yang indah, secara kami memang suka wisata kuliner. Restauran2 disana dulu, hanya berupa restauran2 kecil dengan jenis masakan China, cukup bersaing dengan masakan China di Mangga Besar, sampai sekarang!

Tahun 1990-an, sebuah hypermart dari Amerika ( Walmart ) dibangun disana dan seketika itu juga Pluit berubah dan berkembang dengan pesat. Walau Walmart sudah angkat kaki dari sana, Pluit sepertinya tidak mau kalah bersaing dengan kawasan2 lainnya di Jakarta, terbukti banyak pengembang yang 'menebar pesona', sehingga dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, Pluit semakin tenggelam karena reklamasi serta beban2 lain di atas dataran Pluit .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun