Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Saya Bertanggung Jawab!

19 Oktober 2012   02:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di luar berbagai faktor yang diduga menjadi pertimbangannya dan seperti apa nanti bentuknya, sikap Hillary Clinton selaku Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang menyatakan bertanggung jawab penuh atas serangan terhadap konsulat Amerika di Benghazi, Libya, bulan lalu, layak mendapat acungan jempol. Salut. Ia mengatakan, keamanan para pegawai Kementerian Luar Negeri yang bekerja di seluruh dunia adalah tanggung jawabnya.

Memang, langkahnya boleh jadi dianggap “hanya” sebagai reaksi karena kejadian itu tampak dijadikan “peluru” politik Capres dari Partai Republik, Mitt Romney untuk memojokkan Obama. Di samping logika tentang apa yang menjadi dasar pernyataannya, sikap itu jelas akan mampu menjadi benteng tangguh pertahanan politik Obama, rekan satu partainya. Bisa dikatakan, Hillary hendak menohok Romney agar tak hanya menjadikan tragedi itu sebagai senjata politis dengan pola serangan “kena kau” tanpa memahami situasi sesungguhnya.

Oke.Kita tinggalkan sejenak “menghangat”nya negeri Paman Sam yang tengah ramai dengan agenda demokrasi dan kampanye para capresnya.

Saya hanya ingin menggarisbawahi khusus untuk pernyataan yang sangat sulit untuk dinyatakan, terutama ketika terjadi hal yang menimbulkan kerugian masyarakat dalam skala besar. Pihak-pihak yang sejatinya terlibat pun seringkali berusaha mati-matian untuk mengelak. Menyelamatkan diri sendiri, bahkan yang terjadi adalah mencari “kambing hitam”.

Peristiwa-peristiwa yang mengandung tragedi di negeri kita pun cukup untuk menjadi contoh betapa sukarnya menemukan sebuah tindakan yang bersifat satria itu. Jarang sekali ada pihak yang dengan kesadaran penuh, tanpa paksaan, bersedia mengakui kesalahan dan menyatakan bertanggung jawab, dengan segala konsekuensinya.

“ Saya bertanggung jawab!”

Sepi sekali lontaran sikap itu hingga saat ini, ketika terjadi kerusuhan Mei 1998, tragedi Semanggi, kasus korupsi ataupun meluapnya lumpur Lapindo. Semua sembunyi, mencari pihak yang lebih tidak berdaya untuk dijadikan kambing hitam, bahkan suara-suara masyarakat yang keras memohon keadilan pun seolah dibiarkan tenggelam dengan harapan terlupakan.

Bertanggung jawab terhadap kerugian yang tak secara langsung menyangkut kepentingan diri sendiri dan apa yang dicintai sesorang adalah sebuah langkah yang tak mudah. Membutuhkan jiwa besar untuk mengakui kesalahan, kesadaran atas tanggung jawab moral ataupun tugas yang diemban, serta menghadapi risiko yang akan datang dengan penuh keberanian. Namun patut diyakini, langkah satria itu tetap layak untuk mendapatkan sebuah sisi penghargaan, kemuliaan. Karena manusia tak akan lepas dari sebuah kesalahan dan sikap itu sangat langka di tiap perputaran zaman.

Semoga, langkah-langkah kita mampu meminimalkan kesalahan, agar dengan segala kelemahan kita sebagai manusia, jauh dari kondisi berat yang menguji, saat harus memilih sikap, bertanggung jawab atau mencari selamat.

Salam tanggung jawab.

.

.

C.S.

Yah, itu nomor rekening Saya...

Saya “bertanggung jawab”

Untuk mengambil hadiah undiannya...:)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun