Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar “Sepele”kan Akbar?

17 September 2013   18:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:45 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wacana yang sering digulirkan oleh Akbar Tandjung, mantan Ketua Umum Partai Golkar agar untuk mengevaluasi pencalonan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai Calon Presiden RI 2014 tampaknya hanya dianggap “angin lalu” oleh beberapa petinggi partai ini.

Sebenarnya, ide Akbar Tandjung ini baik dari sisi substansi serta sosok yang mewacanakan sangatlah layak didengar. Secara substansi, apa yang digulirkan terutama tentang evaluasi terhadap pencapresan Ical cukup masuk akal. Selain menampung keluhan-keluhan kader di daerah terkait kepemimpinan Ical, hasil Rapimnas sebelumnya yang memutuskan Ical sebagai Capres pun disebutkan diambil tanpa melibatkan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) tingkat kabupaten dan kota. Apalagi jika dikaitkan dengan elektabilitas Ical yang “memprihatin”kan. Hal-hal tersebut cukup pantas dijadikan bahan evaluasi dalam Rapimnas Golkar yang katanya akan digelar Oktober nanti.

Dan secara sosok, paling tidak, publik sepertinya cukup mengingat siapa itu Akbar Tandjung. Loyalitas politikus yang satu ini terhadap Partai Golkar cukup teruji. Setelah “lengser”nya Soeharto yang secara umum dikenal sebagai awal “orde reformasi”, disertai dengan banyaknya “hujatan” terhadap Golkar sehingga bisa dikatakan berdirinya partai politik ini berada dalam isu “keterpurukan”, Akbar Tandjung sebagai Ketua Umum saat itu berjibaku membangunnya kembali agar tetap eksis. Bahkan kalau tak salah berhasil meraup peringkat 2 (setelah PDIP) dalam pemilu pertama dalam orde reformasi itu.

Beberapa petinggi Partai Golkar tampak menganggap “sepele” terhadap wacana yang digulirkan politikus senior ini. Bambang Soesatyo, selaku wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar yang notabene “yunior”nya menganggap wacana itu sebagai bentuk mencari perhatian (caper). Demikian pula Idrus Marham, Sekjend DPP, tetap “kekeuh” mempertahankan Ical sebagai capres dengan “senjata” AD/ART. Bahkan secara tegas Idrus siap memberi perlawanan dan menantang Akbar untuk berorganisasi sesuai AD/ART yang ada.

Publik tentu dapat menilai, siapa yang lebih loyal dan “peka” terhadap kondisi politik yang ada, apalagi terkait pencapresan Ical. Apakah Akbar Tandjung ataukah “yunior-yunior”nya. Sebab wacana yang diusulkan oleh Akbar Tandjung, selain disepelekan, ternyata terlihat lebih dianggap sebagai suara dari “lawan” meskipun satu kandang. Padahal, posisi Akbar Tandjung sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Partai Golkar bisa dipandang wajar untuk memberikan advise demi kebaikan partai. Namun ternyata, suara dari Ketua Dewan Pertimbangannya pun sama sekali tidak ditimbang. Maka, dapat diprediksi, alih-alih elektabilitas Ical sebagai Capres bisa merayap, isu “perpecahan” yang sengaja atau tidak telah mengemuka itu pun jelas meringkihkan soliditas partai. Yunior-yunior itu seharusnya tahu, tentang peran serta loyalitas senior-senior mereka seperti Akbar Tandjung, demikian juga Jusuf Kalla (JK). Mengabaikan atau tanpa Akbar dan JK, bisa diperkirakan Partai Golkar akan “mengempis”. Kan masih ada Ical? Sosok ini sulit untuk diandalkan dalam memajukan Golkar, justru kemungkinan besar dialah “beban” terberat yang membuat partai terancam “tenggelam”.

Salam konstituen.

.

.

C.S.

Tetap maju? Baguslah kalau begitu!

.

referensi:

Golkar: Akbar Tandjung Hanya Butuh Perhatian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun