Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amerika Serikat: Dari "Adidaya" Menjadi "Tak Berdaya"

18 Januari 2021   16:25 Diperbarui: 18 Januari 2021   16:30 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi di Gedung Kapitol/Sumber : sky.news.com

  

                                          Mungkin saat ini tak pernah ada yang menyangka bahwa Amerika Serikat, negeri yang konon katanya merupakan negeri paling superior dan powerful harus mengalami suatu kemunduran yang cukup besar dalam sejarah negara tersebut berdiri. Amerika Serikat yang dijuluki sebagai negeri Paman Sam, siapapun yang mendengar nama negeri tersebut pasti sudah terbayang betapa digdayanya dan betapa hebatnya negeri tersebut dalam menciptakan pengaruhnya di dunia yang konon ada pepatah lucu berisi "Jika Amerika Bergoyang, maka dunia akan ikut bergoyang. 

Jika Amerika menangis, maka dunia akan ikut menangis." Pepatah lucu ternyata bukanlah lelucon belaka, sejarah memang sudah membuktikan betapa besar pengaruh Amerika Serikat dalam mempengaruhi perubahan akan kondisi serta kestabilan dunia. Mulai dari Perang Dunia I hingga puncaknya Perang Dunia II dimana Amerika Serikat menciptakan dan menjatuhkan bom atom di Hiroshima-Nagasaki yang menjadi penentu berakhirnya Perang Dunia II namun juga menjadi awal terjadinya Perang Dingin dengan perlombaan untuk menciptakan senjata nuklir yang membuat dunia sempat berada di ambang krisis. 

Kiprah Amerika Serikat tidak berhenti sampai disitu saja, Perang Irak  pada tahun 2003 juga menjadi awal berubahnya kondisi sosial dan politik serta keamanan di Timur Tengah yang ditandai dengan ditangkap dan dieksekusinya Saddam Hussein, sang diktator dan juga Presiden Irak yang dianggap menjadi "Singa Timur Tengah". 

Tunbangnya Saddam Hussein membuat posisi serta pengaruh Amerika Serikat di Timur Tengah semakin kuat dengan banyaknya pangkalan militer serta banyak dikirimkanya  berbagai peralatan dan ribuan personel  marinir dengan alasan menjaga kestabilan dan kondusitifitas Timur Tengah yang semakin memanas. Bukan hanya itu, Dollar sebaagai mata uang Amerika Serikat juga menjadi penentu kestabilan ekonomi dunia termasuk Indonesia karena jika nilai dollar merosot maka dunia akan berada di ambang krisis ekonomi.

Namun, kali ini sangat disayangkan sekali karena Amerika Serikat perlahan mulai memasuki suatu era kemunduran yang vesar dan bahkan kemunduran ini dapat serupa dengan masa kegelapan atau "Renaissance" yang pernah menghantui benua Eropa pada abad 17 hingga 18 yang lalu, Amerika Serikat yang dulu dipandang sebagai negeri adidaya nan raksasa yang cukup ditakuti kini menjelma menjadi negeri "Tak Berdaya" dengan segala banyaknya drama dan permasalahan di dalam negeri tersebut yang mengakibatkan mereka menjadi lelucon dan olok-olokan satu dunia. 

Semenjak Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pada tahun 2016 yang lalu, seketika negeri Paman Sam mengalami suatu masa kemunduran yang cukup besar. Dibawah kepemimpinan Trump, banyak sekali kebijakan -kebijakan kontroversial yang bersifat rasialis  seperti larangan imigran Muslim untuk memasuki negeri tersebut hingga pemabngunan dinding pembatas di sepanjang perbatasan Amerika Serikat-Meksiko, kebijakan ini seakan semakin menambah perih kondisi Amerika Serikat yang memang sudah terpenuhi isu rasialis semenjak Serangan WTC 11 September 2001.

Tahun 2020 benar-benar meluluh-lantakan negeri Amerika Serikat, setelah serangan Pandemi Covid-19 yang menyerang negara tersebut dan mengakibatkan jumlah kematian hampir 400.000 jiwa hingga saat ini. Pada bulan Mei 2020, terjadi sebuah pembunuhan terhadap  seorang pria kulit hitam bernama George Floyd yang dilakukan oleh polisi berkulit puyih. 

Tindakan pembunuhan ini seketika membangkitkan kemarahan dan merebaknya demonstrasi di seluruh penjuru negeri  untuk menentang aksi tersebut, kondisi tersebut membuat Amerika Serikat semakin lumpuh karena setelah Pandemi Covid-19 kini mereka harus menghadapi gelombang demonstrasi anti rasisme secara besar-besaran. 

Pada Januari 2021, tepatnya di tanggal 6 Januari 2021, ribuan pendukung Trump yang tidak terima dengan kekalahan Donald Trump dan menuduh Biden melakukan kecurangan melakukan demonstrasi besar-besaran di depan Gedung Capitol Hill Washington yang menjadi tempat peresmian perhitungan suara untuk Pemilu 2020, massa Pendukung Trump yang beringas dan anarkis secara merengsek masuk ke dalam gedung Capitol Hill dan menjadi sejarah untuk pertama kalinya gedung tersebut diduduki dan direbut oleh demonstran dalam sejarah negara tersebut berdiri. 

Vedung Capitol Hill yang selalu menjadi tempat rapat bagi para pejabat militer dan anggota dewan untuk membahas mengenai "invasi" ke negara lain kini harus mengalami "invasi" dari rakyatnya sendiri. Insiden memalukan tersebut diduga merupakan hasil dari "hasutan" Donald Trump kepada para pendukungnya untuk menolak hasil dari pemilu tersebut dan melakukan protes besar-besaran.Tindakan Trump ini segera mengakibatkan akun media sosial milik Trump seperti twitter dan facebook miliknya segera dibanned. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun