Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merayakan Hari Lahir Pancasila - yang hanya Dihafal bukan Diamalkan

3 Juni 2020   12:00 Diperbarui: 3 Juni 2020   19:10 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pinterest.com | Lambang Garuda Pancasila

                                          Pancasila adalah ideologi negara yang diciptakan dan digagas oleh BPUPKI pada tanggal 1 Juni 75 tahun yang lalu. Meskipun "hanya" berjumlah 5 butir sila, proses penulisan dan perumusan Pancasila ini rupanya sangat rumit dan menimbulkan konflik antara golongan muda dan golongan tua terutama pada sila pertama yang menyangkut tentang prinsip agama dan Ketuhanan. Pada akhirnya sila yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" diresmikan menjadi sila pertama Pancasila untuk menghormati banyaknya penduduk dengan agama non muslim di Indonesia.

  Setelah 75 tahun Pancasila diresmikan, apa saja pengaruh dan dampak terhadap kehidupan masyarakat Indonesia , apakah sudah sesuai dengan sila-sila Pancasila yang dirumuskan tersebut ? Nyatanya tidak. Pancasila ternyata hanyalah sebuah teks yang wajib dihafalkan oleh semua masyarakat Indonesia. Dari sekolah tingkat kelas 1 SD , Pancasila sudah diajakarkan oleh para guru agar murid-murid sekolah tersebut dapat menghafal 5 butir sila Pancasila dan kemudian disuruh maju ke depan kelas untuk mengucapkan sila-sila Pancasila tersebut. Bahkan pada upacara sekolah, Pembacaan naskah Pancasila wajib dilakukan untuk memperkuat bukti kecintaan sekolah tersebut terhadap NKRI. Itu semua adalah bentuk ajaran yang bagus, namun sayangnya, sejak kecil anak-anak hanya diajarkan untuk sekedar menghafalkan sila Pancasila bukan untuk diamalkan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya, rasisme dan diskriminasi sering terjadi dari lingkungan sekolah hingga berkembang ke lingkungan sosial ketika mereka dewasa yang pastinya isu rasisme dan diskriminatif tersebut selalu  menyangkut agama dan ras.

  Pancasila juga sering dijadikan sebagai sebuah "senjata" yang digunakan oleh beberapa oknum untuk kepentingan mereka dan untuk menghancurkan musuh politik mereka. Pada era orde baru yang dipimpin oleh Soeharto, Pancasila adalah sebuah slogan dan propaganda ampuh untuk melancarkan dan melanggengkan kekuasaan Pak Harto hingga 32 tahun. Itu dilakukan dengan cara propaganda Rezim tersebut bahwa siapapun yang mengkritik dan melawan pemerintahan dengan cara apapun maka dia adalah orang yang dianggap sebagai anti-Pancasila dan dapat membahayakan keberlangsungan negara. Hasilnya adalah jurnalisme dan suara masyarakat seolah dibungkam dengan propaganda tersebut karena mereka takut akan bernasib buruk jika mereka melancarkan kritik terhadap pemerintahan.

  Pancasila bukan hanya sebagai alat pelanggeng kekuasaan, tetapi juga digunakan sebagai alat untu meningkatkan elektibilitas seseorang agar dianggap sebagai pecinta NKRI. Itu terlihat dari media sosial dimana banyak yang menyandingkan foto mereka dengan poster yang berslogan "Saya Pancasila". Padahal kenyataanya adalah rasisme dan kebenciaan masih hinggap di dalam diri mereka dan Pancasila tersebut hanyalah sebagai slogan semata. 

  Sila kelima yang berisi "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" juga hanyalah teks belaka karena pada kenyataanya, ketimpangan dan kemiskinan masih merajalela di bumi Indonesia terutama di wilayah Indonesia Timur dimana masih banyak penduduk di wilayah tersebut tidak mendapatkan pendidikan dan tingkat ekonomi yang layak seperti masyarakat di pulau lainya. Bukan hanya kemiskinan , penduduk etnis Indonesia Timur tersebut juga mendapatkan diskriminasi dan kekerasan dikarenakan warna kulit mereka yang berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya.

  Setelah semua permasalahan yang terjadi di negeri ini. Menurut kalian, apakah Pancasila merupakan suatu ideologi mutlak atau hanya sekedar teks hafalan ? Ketika Kalista Iskandar, finalis Puteri Indonesia 2020 yang dikecam oleh seluruh masyarakat Indonesia karena dianggap tidak hafal Pancasila dikarenakan grogi untuk tampil di depan panggung besar dan disaksikan oleh jutaan masyarakat di televisi berarti dianggap sebagai penghianat bangsa ? Apakah Bambang Soesatyo selaku ketua MPR yang memberi pertanyaan 5 butir Pancasila kepada Kalista Iskandar itu dianggap sebagai orang yang Pancasilais ? pokoknya yang terpenting bagi kita adalah kita harus hidup sebagai warga NKRI yang baik dan toleransi bukan hanya sekedar menghafalkan Pancasila semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun