Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kalau Kabur Lagi, Habib Rizieq Sebaiknya ke China

29 November 2020   19:50 Diperbarui: 29 November 2020   20:04 7937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habib Rizieq Shihab, sumber : https://asset.kompas.com/

Pernyataan ini kemudian dikuatkan Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel. Nama Mohammad Rizieq Syihab (MRS) dalam sistem portal imigrasi Kerajaan Arab Saudi masih "blinking merah" dengan tulisan ta'syirat mutanahiyah (visa habis) dan dalam kolom lain tertulis: mukhalif (pelanggar UU). Bentuk pelanggaran: mutakhallif ziyarah (overstay dengan visa kunjungan).

"Ada juga kolom "ma'lumat al-mukhalif" (data tentang pelanggar). Di kolom foto MRS ditulis "Surah al-Mukhalif" foto pelanggar. "Red Blink" adalah sinyal bahwa yang bersangkutan belum bisa keluar dari Arab Saudi," ujar Agus.

Jadi fixed Kerajaan Arab Saudi yang mencekal HRS keluar dari AS karena pelanggaran UU Keimigrasian.

Nah menariknya itu adalah, per 13 Oktober 2020, "pesta di kampung dan para tamu undangan sudah siap sedia dengan baju baru." Sementara itu Shohibul Hajat sendiri masih berharap agar pemerintah zolim mau mencabut pencekalan terhadap dirinya, dan syukur-syukur segala tuntutan hukum kepadanya bisa dihapus. Artinya ada yang tidak sinkron di sini.

Terpisah, status HRS di imigrasi AS per per 13 Oktober 2020 adalah Red Blink. Jadi pesta itu pun tampaknya adalah sebuah hil yang mustahal pula.

"Namun tak ada yang mustahil bagi orang beriman yang selalu berharap kepada-Nya."

Seperti halnya "gol tangan tuhan" Maradona bagi kemenangan Argentina atas Inggris pada Piala Dunia 1986 lalu, "gol tangan Chaplin" disebut-sebut berperan besar atas kepulangan HRS kembali ke Jakarta. "Ijab Kabul" pun akhirnya berlangsung juga dengan meriah.

Kedua, pada saat ini pandemi Covid-19 masih berlangsung dan seluruh warga dunia terikat dengan protokol Kesehatan. Tentunya kegiatan yang membuat kerumunan ini adalah ilegal. Selain melanggar UU, juga membahayakan nyawa banyak orang terkait penularan Covid-19.

Akan tetapi "pesta" ini adalah sebuah antitesis terhadap kebijakan pemerintah. Lebih tepatnya show off, pamer bojo eh pamer kekuatan berselimutkan agama untuk memperoleh legitimasi dari warga.

Apakah ini pertanda perang melawan pemerintah yang sah? Tentu saja tidak, walaupun pada lapisan "kerumunan terbawah" menganggapnya begitu, hehehe...

Dalam dunia perhewanan, beberapa hewan "mengencingi" tempat-tempat tertentu dari teritorialnya, semata agar hewan lain dapat mengetahui batas teritorial tersebut. Pelanggaran batas teritorial tentunya akan menimbulkan konflik terbuka diantara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun