Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahasa Simbolik di Balik Nobar G30S/PKI

30 September 2017   13:26 Diperbarui: 30 September 2017   14:05 2136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Poskota News

Nah.. di negeri ini segala urusan saat ini selalu bermuara ke "2019!" T-2 (2 tahun menjelang 2019) adalah waktu yang tepat untuk "Test the water"

"Sejarah" (lewat film dan buku-buku pemerintah selama ini) telah "menunjukkan" bahwa Soekarno dengan PNI-nya akrab dengan PKI! PDIP juga identik dengan Soekarno dan PNI-nya. Presiden Jokowi itu juga adalah "pengurus partai" PDIP lho....

Nah menjelang 30 September ini, terasa pas waktunya buat mengingatkan semua masyarakat terhadap "bahaya laten" PKI ini. Bukankah Soekarno telah mengingatkan dalam pidatonya yang terakhir pada HUT RI 17 Agustus 1966, "Jasmerah, Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah..."

Lalu bagaimana hasilnya? Sepertinya nasib kurang berpihak kepada sang jenderal. Isu PKI ternyata sudah basi. Bahkan anak-anak muda bertanya, "Siapa tuh PKI?" Oh ternyata itu sebabnya buku-buku komunis tidak laku di Indonesia. Tetapi tidak mengapa. Setidaknya orang sudah tahu. Mulai sekarang orang sudah bisa mengatur strategi yang pas untuk mengusung "isu yang hot" untuk menohok sang petahana....

Kedua,Reaksi terhadap aksi Nobar film G30S/PKI

Lemparkanlah sebuah batu ke dalam kolam, sehingga membuat beberapa orang yang duduk di pinggir kolam tersebut terciprat air . Reaksi mereka menentukan dimana anda akan nyaman duduk nantinya. Jangan pernah duduk di dekat orang yang mukanya terlihat masam, tetapi duduklah di dekat orang yang wajahnya tersenyum! Kini komandan tahu dimana dia akan duduk nantinya. Lalu komandan bergeser "kekiri" dan memuji PSK eh PKS!

Ketiga,Reaksi Bigboss

Jokowi bukan orang yang suka konflik secara terbuka, tetapi dia bukan pula orang yang bisa digertak karena dia adalah orang yang koppig juga! Adu ngotot, jelas komandan terjengkang! "Menang jadi arang kalah jadi abu" adalah nasehat bijak dari para Founding Fathers negeri ini. Dan ini jugalah filosofi Jokowi dalam menyikapi para "pegaduh" di negeri ini.

Tapi satu hal yang menarik. Sekalipun Jokowi menghadiri pemutaran film "Anti PDI-P" tersebut, Dia kemudian mengenakan "Jaket merah" yang setara dengan "Jasmerah" pertanda bahwa dia memang adalah seorang "Pengurus Partai..."

Lalu ketika orang bertanya-tanya mengapa beliau mau menghadiri pemutaran "film jadul" tersebut, beliau hanya berkata dalam hatinya (tanpa terdengar oleh wartawan) "Emang gue pikirin..."

 Sebelumnya sang komandan juga berkata hal yang sama, "Emang gue pikirin" ketika ditanya oleh wartawan. Tetapi bedanya, sang komandan berkata ketus dengan nada tinggi, dan jelas terdengar menyelekit di telinga para wartawan....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun