Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kura-kura dalam Perahu...

15 Agustus 2016   19:03 Diperbarui: 15 Agustus 2016   19:10 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : www.kaskus.co.id

Dalam persidangan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang lalu, Pengacara Jessica, Otto Hasibuan bertanya kepada saksi ahli, Flash disk itu apa? Lalu pertanyaan berikutnya, Apakah Flash disk yang dipakai itu asli? Pertanyaan pengacara itu terkesan bodoh atau dibuat-buat. Ahirnya orang mengatakan Pengacara Jessica itu “Kura-kura dalam perahu...”

Apa salah kura-kura sehingga namanya dicatut dalam persidangan tersebut? Adakah memang kura-kura didalam perahu? Kura-kura adalah binatang melata berkaki empat, punggungnya berkulit keras, hidup di air dan didarat (hampir mustahil hidup dalam perahu)

Kemustahilan selalu melahirkan “Hil yang mustahal” Orang Indonesia suka adagium dari hal yamg mustahil, sehingga lahirlah peribahasa “Kura-kura dalam perahu...”

***

Kita pasti sering mendengar peribahasa diatas, dan umum digunakan untuk menganalogikan seseorang yang mengetahui sesuatu tetapi berpura-pura seolah-olah tidak tahu.

Saya tidak tahu mengapa kura-kura dihubungkan dengan sikap berpura-pura. Apakah karena memiliki rima yang sama atau memang kura-kura itu suka berpura-pura! Namun yang jelas adalah, manusia yang berpura-pura, tetapi kura-kura yang diprasangkakan berpura-pura...

Semua manusia dalam aspek kemanusiaannya suka atau setidaknya pernah berlakon Kura-kura dalam perahu. Tentulah ada banyak alasan mengapa manusia melakukan hal tersebut. Dari mulai hal yang logis sampai yang sangat tidak logis!  Dari mulai hal kecil dalam rumah tangga sampai hal besar dalam istana Negara!  

Dalam rumah tangga, aksi kura-kura kerap dilakukan anggota keluarga, mulai dari anak-anak hingga orang tua (untuk melepaskan tanggung jawab)

Saya masih ingat dulu ketika tengah malam, bayi kami terbangun karena haus. Saya dan istri sebenarnya sudah terbangun, tetapi berpura-pura masih tidur karena berharap agar pasanganlah yang akan mengurus sang bayi.

Lewat ½  menit, masih terdengar “suara ngorok palsu” dari kedua belah pihak.

Lewat 1 menit, suasana sepi mencekam! Lewat 1,5 menit kedua pasangan langsung melompat menghampiri sang bayi sambil berseru, “my baby...my baby..”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun