Mohon tunggu...
Choirurrois
Choirurrois Mohon Tunggu... Penulis - انت بالعقل والفكر لا بالجسد والثياب إنسان choirurrois98@gmail.com

penulis, peneliti dan pengamat ekonomi syariah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Ilmu dan Hikmah, Sebuah Kajian Epistemologi-Aksiologi dalam Al-Quran

13 Oktober 2020   07:18 Diperbarui: 13 Oktober 2020   07:36 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
epistemologi-aksiologi dalam Al-Qur'an. Oleh Choirur Rois, Ketua Kajian dan Aksi Strategis DEMA-F UIN Malang, Mahasantri Mahad Jami'ah al-Ali | ilustrasi: sahamology.id

Epistemologi atau teori pengetahuan merupakan sebuah proses dimana secara mendalam dilakukan untuk memperoleh suatu pengetahuan. Maka dapat dikatakan bahwa objek epistemologi adalah ilmu ditinjau dari sudut tata cara memperoleh pengetahuan. Dalam ranah filsafat ilmu diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metodelogi pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat digaris bawahi bahwa lingkup epistemologi adalah pertanyaan mengenai bagaimana kita memperoleh suatu pengetahuan?

Nilai dari suatu pengetahuan ter-abstraksikan dalam pertanyaan mengenai apakah kegunaan ilmu "pengetahuan" itu bagi kehidupan? Tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan berkontribusi besar dalam memberikan prubahan terhadap dunia. Semua problem-permasalahan, serta persoalan dapat diuraikan dengan Ilmu pengetahuan, dapat dicari jawabannya serta diselesaikan macam-macam persoalannya. Namun, mengapa ilmu yang sangat luar biasa itu, menghemat cara kerja serta menjadikan aktifitas hidup lebih mudah, hanya memberikan sedikit kebahagian bagi kita?

Dua prograf diatas merupakan pengantar dalam artikel ini, untuk mendudukkan arah pemikiran tentang Ilmu dan Hikmah dalam tinjauan epistemologi dan aksiologi perspektif Al-Qur'an. Secara eksplesit penuturan antara Ilmu dan Hikmah dalam al-Qur'an di Firmankan Allah dalam surah Al-Isra' ayat 85 dan surah Al-Baqarah ayat 269;

"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit." (QS. Al-Isra' ayat 85). 

"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS. Al-Baqarah ayat 269).

Kedua ayat di atas akan menjadi bahan diskusi pada artikel ini. Baik dari segi teks ataupun konteks nya antara ilmu dan hikmah pada dua ayat tersebut. Maka dari itu, sudah barang tentu pada tulisan ini juga akan mengakomodir pandangan mufassir, kaidah tafsir dan berbagai tinjauan dalam membedah teks dan kontek kedua kata tersebut (Ilmu dan Hikmah).

Ilmu

a) Tinjauan teks dan konteks

Secara umun dalam al-Qur'an kalimat ilmu dan kalimat-kalimat yang terbentuk dari nya serta berbagai derivasinya diulang sebanyak 856 kali diberbagai surah. Sedangkan pengulangan dalam bentuk kata benda "al-Ilm" sebanyak 80 kali. Sebagaimana tabel  berikut;

pengulangan kata | dokpri
pengulangan kata | dokpri

Merujuk pada ayat 85 surat Al-Isra' diatas latar belakang dari konteks diturunkannya ayat tersebut adalah berawal dari upaya orang kafir Quraish yang ingin menguji kenabian Nabi Muhammad "apakah beliau nabi atau bukan"?  namun sebelum itu kafir Quraish menyiapkan siasatnya, untuk itu mereka mendatangi ahli kitab "Yahudi" untuk meminta rekomendasi dan cara menguji kenabian Nabi Muhammad SAW, dari sinilah sebenarnya semua bermula. Ahli kitab yang ditanggi tersebut memberikan tiga pertanyaan untuk ditanyakan kapa Nabi Muhammad dengan catatan bahwa apabila ketiga pertanyaan tersebut dijawab semua oleh Nabi, maka ia bukanlah nabi. Begitupula apabila pertanyaan tersebut tidak dijawab semua maka ia juga bukan Nabi, namun jika dari ketiga pertanyaan tersebut yang dijawab hanyalah dua pertanyaan dan satu tidak ditemukan jawabanya berarti benar kalua ia adalah Nabi.

Pertanyaan tersebut iyalah berkenaan dengan 1) pertanyaan mengenai ashab al-Kahfi 2) pertanyaan mengenai Dzul Qarnain yang menjelajahi barat dan timur, dan yang 3) mengenai pertanyaan tentang ruh yang darinya manusia hidup. Ketika pertanyaan tersebut diajukan kepada Nabi spontan Nabi menjajikan untuk menjawabnya di esok hari. Hal demikian pula yang melatar belekangi dari turunya ayat 23 surah Al-Kahfi;

"Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu besok pagi, kecuali (dengan mengatakan), "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini". 

Kembali kepada latar belakang konteks turunnya ayat 85 surah al-Isra' tersebut, karenakan Nabi hendak menjawab tiga pertanyaan tersebut tanpa mengucapkan Insya Allah vakumlah wahyu selama kurang lebih 12-15 hari, pelajaran penting pada sisi ini adalah bahwa jangan pernah mengandalkan diri sendiri didalam melakukan sesuatu. Setelah itu untuk merespon pertanyaan orang Quraish tersebut Allah menurunkan ayat surah al-Kahfi ayat 9;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun