Mohon tunggu...
Choirurrois
Choirurrois Mohon Tunggu... Penulis - انت بالعقل والفكر لا بالجسد والثياب إنسان choirurrois98@gmail.com

penulis, peneliti dan pengamat ekonomi syariah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

pondasi eksistensi harapan

29 September 2020   03:57 Diperbarui: 29 September 2020   10:18 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PONDASI EKSISTENSI HARAPAN

Setiap orang mempunyai sandaran tersendiri dalam kehidupanya. Baik dalam mewujudkan impianya ataupun dalam melakukan pekerjaan dalam keseharianya. Menarik untaian hikmah Ibnu ‘Atho’illah As-Sakandari dalam al-Hikamnya;

من علامة الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل

“Tanda seseorang mengandalkan pekerjaannya ialah berkurangnya pengharapan ketika ia mengalami kegagalan.” 

Dalam kajian skologi setiap orang melakukan sesuatu tergantung pada motivasinya, ada yang menjadikan ketampanannya sebagai motivasi memacu eksistensinya ditengah-tengah public, ada juga yang menggunakan kepintaranya dalam kehidupannya, dan ada pula yang menjadikan kesungguhannya dalam mewujudkan sesuatu. Maka ketika apa yang diupayakan nya tidak sesuai dengan espektasinya ia akan mengeluhkan keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya. Kesemuanya itu merupakan petanda bahwa ia melakukannya sesuatu didasarkan kepada pekerjaannya, efeknya ketika ia mengalami kegagalan ia tidak mempunyai harapan untuk bangkit dan bahkan frustasi, karena ia telah mendewakan pekerjaan dalam mengupayakan sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa ia telah menghilangkan peran yang maha kuasa untuk menunjukkan kuasanya akan apa yang menjadi takdirnya. Dapat dikatakan bahwa orang yang demikian telah rusak tauhid I’timadiyyah nya karena ia telah berpegang teguh pada apa yang ia kerjakan.

Amal merupakan usaha atau proses seorang hamba menggapai janji tuhannya. Namun jangan kemudian hal itu dijadikan prahara bahwa hasil pekerjaan itu harus sesuai dan sama dengan apa yang ia inginkan. Sebagai sebuah misal, Allah memerintahkan kita untuk bekerja untuk menjadi sebab dan perantara rizki-Nya. Maka jangan jadikan  perkerjaan “upaya” tersebut sebagai alasan untuk menuntut dan mengharuskan apa yang telah ia kerjakan sama dengan espektasinya. Karena perintah-Nya bukanlah alasan untuk kita memaksa tuhan sesuai dengan apa yang kita harapan. Baiknya perintah itu dimaknai sebaga suatu informasi tuhan pada hambanya dalam rangka mengenalakan kekuasaan dan eksistensi ketuhanan-Nya. Mengapa demikian? Karena pada hakikatnya terhadap semua yang ia lakukan itu sebelum pekerjaan tersebut selesai Allah telah penuhi segala kebutuhannya. Allah telah berikan ia Kesehatan padahal pekerjaan yang ia lakukan tidak menuntut itu, Allah berikan kemampuan melakukan apa yang ia mau pada hal ia sendiri tidak sadar akan pemberian itu. Maka dari itu, perlu kemudian bagi kita untuk menyandarkan hasil dari apa yang kita lakukan pada Allah, sebagai bentuk tauhid amaliyah kita pada nya.

Kebanyakan dari kita ketika dihampiri cobaan akan mengalami depresi yang akan mengantarkannya pada keadaan yang membahayakannya. Kalian tau kenapa depresi itu bisa menguasainya? Jawabannya adalah karena keyakinannya akan terwujudnya apa yang ia inginkan ia letakkan pada upayanya. Artinya jika ia mengerjakan sesuatu, maka upah pekerjaan itu harus sesuai dengan keinginannya, dengan ungkapan sederhanya ia telah mengatur hasil pekerjaan sendiri. Dalam konteks seperti ini sebenarnya ia telah menggunakan logika matematik bahwa 1 + 1 = 2 artinya (jika aku bekerja 1 hari dihari ini ditambah satu hari dihari esok maka hasil yang akan kudapatkan adalah 2 juta) kalkulasi tersebut logis, namun takdir Allah bukanlah sesuatu yang dapat dikalkulasikan dengan logika matematik. Artinya pada hakikatnya usaha kita tidak bisa menentukan takdir. Takdir sendirilah yang menentukan hasil itu. Maka dari itu firman Allah; فَأَتْبَعَ سَبَبًا (maka ikutilah prosesnya). Kita tidak diperintah berproses akan tetapi kita diperintah mengikuti proses. Mengapa? Karena disain proses itu telah Allah siapkan bukan kita yang membuat proses.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun