Bojonegoro, tanah yang diberkahi minyak, sawah luas, dan kehangatan warganya, punya satu kekayaan lain yang mungkin lebih menggetarkan jiwa: sate! Ya, di kota ini, menyantap sate bukan sekadar makan, tapi semacam perjalanan spiritual, perjalanan menuju surga duniawi yang dibakar dengan bara api dan dilumuri bumbu kacang atau kecap. Kalau Anda dolan ke Bojonegoro dan tidak mencicipi sate di warung-warung legendarisnya, siap-siap saja dituduh tidak mengenal hakikat kenikmatan hidup.
Berikut adalah empat warung sate yang layak mendapat tempat di daftar ziarah kuliner Anda.
1. Warung Sate Semar Mendem Baureno: Sate dengan Filosofi Kejujuran
Sate Semar Mendem di Baureno adalah bukti bahwa dalam hidup ini, tidak semua yang manis itu baik. Sate ini lebih memilih jalur kejujuran rasa: daging yang lembut, bumbu yang meresap, dan tentu saja, aroma khas sate yang membuat orang merenungkan makna kehidupan. Dibanding sate yang dimanja kecap berlebihan, Trojalu memilih jalan yang lebih murni—bumbu kacang yang tidak mendominasi, melainkan mendampingi daging dengan elegan.
Anda tidak perlu takut ditipu oleh kemanisan palsu di sini. Sate Trojalu seperti teman lama yang selalu mengatakan yang sebenarnya: terkadang pedas, terkadang gurih, tapi selalu jujur. Jangan lupa pesan lontongnya, karena tanpa lontong, perjalanan kuliner ini akan terasa seperti hidup tanpa kenangan indah—hambar dan sia-sia.
2. Warung Sate Pak Mukmin Mayangkawis: Sate yang Membuatmu Bertakwa
Sesuai namanya, Warung Sate Pak Mukmin (UD Warung Tanggul) di Mayangkawis adalah tempat yang membuat kita semakin mukmin dalam urusan kuliner. Bukan hanya karena sate kambingnya yang empuk seperti kasur hotel berbintang, tapi juga karena proses pembuatannya yang seperti ibadah—tertata, penuh kesabaran, dan dengan niat baik yang terlihat dari tiap tusukannya.
Di sini, sate tidak hanya dibakar, tapi didoakan agar sampai ke lidah dalam kondisi terbaiknya. Potongan dagingnya cukup besar untuk membuat Anda lupa dengan segala kegelisahan duniawi, tapi tidak terlalu besar hingga membuat Anda merasa bersalah telah berlebihan dalam makan. Pilihan bumbu kacang dan kecapnya juga mengajarkan keseimbangan hidup: tidak ada yang terlalu mendominasi, semua ada dalam porsi yang tepat, seperti yin dan yang dalam dunia sate.