Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mie Instant 'Beracun'

26 Desember 2011   00:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:45 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pernahkan Anda melihat tayangan iklan mie instant yang menampilkan pengalaman beberapa orang. Iklan pertama pengalaman seorang gadis yang sedang berada di luar negeri. Suatu saat dia kangen untuk makan mie instant tersebut. Saking ngebetnya ingin makan mie, dia melakukan perjalanan ke negara eropa lainnya untuk beli mie instant merek tertentu. Sedangkan iklan kedua menampilkan perjuangan seorang OB (office boy) yang akhirnya lulus kuliah dengan modal monkey bussiness (bisnis dalam bisnis)di kantornya berjualan mie instant kepada pegawai kantornya. Saya sendiri sebenarnya ingin sekali mengirimkan kisah saya, namun saya khawatir ide tulisan saya akan dibuang di keranjang sampah karena bertolah belakang dengan misi iklan mereka sendiri. Begini kisahnya.

Saat saya kuliah dulu, saya dan teman-teman sering kali makan mie instant di warung dekat kos-kosan. Maklum, sebagai anak kos saya sering kali memang harus menghemat uang bulanan walau uang kiriman dari orang tua sebenarnya cukup untuk makan layak di warung langganan. Suatu hari teman kos saya Agus dari Makassar mengusulkan untuk kita patungan membeli 1 dus mie instant. Dia bilang, kalau kita membeli 1 dus (isi 40 buah) kita akan lebih menghemat dengan cara masak sendiri di kos. Kebetulan ada seorang teman yang punya kompor dan panci. Dengan senang hati saya menerima usulan teman kos tersebut. Hari pertama saya sarapan dengan mie isntan. Kalau cuman makan 1 bungkus saja rasanya tidak kenyang, maka akhirnya sekali makan 2 bungkus sekaligus. Kemudian makan siang juga dengan mie instant dan hari pertama makan malam juga ditutup dengan mie instant. Hari kedua sayapun masih makan dengan mie instant dari pagi hingga malam. Demikian juga teman kos saya yang kuliah di program studi Psikologi. Tepat hari ketiga, tubuh kami mulai tidak nyaman dan lemas. Rasanya badan ini kurang fresh dan mual. Indra penciuman mulai kebal terhadap aroma bumbu mie instant sehingga tidak lagi merangsang nafsu makan untuk menikmatinya. hari ketiga ini perut sudah mulai menolak makanan mie instant. Mungkin juga para cacing penghuni perut kami yang melakukan demo untuk meminta makan selain mie instant. Rupanya kami telah 'keracunan' mie instant dan pada akhirnya membuat badan kami antipati pada mie instant. Hari berikutnya kami sudah tidak mau lagi makan mie instant karena program di otak menolaknya dengan keras. Mungkin tubuh dan terutama lidah sudah mengalami titik jenuh untuk menerima aroma dan rasa mie instant sehingga memabangkitkan anti bodi kami.

Ternyata "Too Much Love Will Kill You" yang artinya berlebihan itu memang tidak baik. Lagipula mie instant memang tidak dirancang untuk makanan sehari-hari. Mie instant hanya cocok dijadikan makanan selingan di luar karbohidrat. Perut orang Indonesia pada umumnya, kalau belum makan nasi katanya belum makan yang sebenarnya. Jadinya walau makan mie isntant sudah 2 bungkus, beberapa saat kemudian masih saja tetap merasa lapar. Lagi pula mie instant tidak memiliki kandungan protein untuk membangun tubuh. Kandungan MSG pada bumbu mie instant juga perlu dicermati takaran konsumsinya. [caption id="" align="aligncenter" width="419" caption="Mie Instant (http://telurebus.wordpress.com)"][/caption] Setelah 2 bulan berikutnya. Anti bodi yang menolah mie instant dalam tubuh dan pikiran kami sudah mulai berkurang dan kami bisa makan mie instant kembali. Namun sejak itu saya tidak pernah memesan mie instant porsi double, karena pasti tidak habis dan rasanya menjadi tidak enak. Kesimpulannnya, makan mie instant terlalu banyak akan menyebabkan over dosis dan keracunan. Bagaimana pengalaman Anda? Ini pengalaman saya.... :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun