Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merah Putih Teruslah Berkibar

18 Juli 2020   12:07 Diperbarui: 18 Juli 2020   11:56 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kita hadir pada pertandingan sepakbola dimana kesebelasan nasional Indoensia bertanding melawan kesebelasan asing di sebuah stadion seperti Gelora Bung Karno ? Saat seperti itu puluhan ribu pendukung kesebelasan Indonesia akan menyatakan dukungannya kepada kesebelasan nasional kita itu.

Mayoritas penonton akan menyanyikan Garuda di Dadaku yang ditenarkan oleh grup music Netral saat piala AFF tahun 2010. Apalagi tim ini (diikuti tim-tim selanjutnya) bernama tim Garuda. Lirik lagu tersebut adalah : Ayo putra bangsa Harumkan negeri ini. Jadikan kita bangga Indonesia / Tunjukan dunia Bahwa ibu pertiwi Pantas jadi juara Indonesia/ bla..bla... Tanah Air tercinta. Indonesia raya. Sedangkan reffnya  :  Garuda di dadaku Garuda kebanggaanku Ku yakin hari ini pasti menang. Kobarkan semangatmu Tunjukkan keinginanmu Ku yakin hari ini pasti menang.

Lagu dengan melody mirip lagu Apuse dari Biak Papua ini mampu membuat jiwa patriotism masyarakat menggelora tanpa memandang di Islam, Kristen, Hindu dll. Penulis yakin nyanyian ini tak hanya dinyanyikan di GBK tapi juga di setiap rumah pecinta timnas yang sedang menonton televisi.

Di bioskop semanagat patriotisme juga dipupuk melalui beberapa film yang dibuat seperti Gaduda di dadaku, Tanah Air Beta atau Trilogi Merdeka. Lagu-lagu penyemangat nasionalisme yang ketika dinyanyikan di tempat yang jauh dari tanah air menimbulkan titik air mata seperti lagu Bendera dari grup music coklat atau Rumah Kita -- GodBless, Cinta Indonesia ciptaan Guruh Soekarnoputra. Belum lagi lagu  Rayuan pulau Kelapa yang merupakan ciptaan Ismail Marzuki yang mampu bengkitkan romantisme dan kecintaan mendalam terhadap tanah air kita.

Pasca Orde Baru, banyak hal memang berubah termasuk cara menularkan falsafah negara dan jiwa nasionalisme. Jika di masa lalu ada penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila  (P4) dengan bermacam-macam jam, di era reformasi Pancasila tidak lagi didogmakan oleh negara (cara top -- down) tetapi tumbuh dari bawah (botton --up) yang dimasukkan dalam budaya dan seni dan  hal populer lainnya, seperti lagu-lagi , film dll.

Namun tantangan ideologi transnasional ternyata jauh melampaui kekuatan popularitas seni budaya yang membawa semangat nasionalisme itu. Istilah hijrah yang merujuk pada seorang wanita memakai busana muslim dengan jilbab biasa atau jilbab tertutup yang tidak saja bersifat ideologis namun mengarah pada budaya.

Tidak itu saja,  tatacara bergaul juga dirambah oleh ideologi tansnasional ini dengan merujuk pada politik identitas. Misalnya, seorang anak muslim disarankan untuk tidak bergaul atau paling tidak membatasi pergaulan dengan non muslim. Dilarang memberikan salam saat Natal atau hari besar agama lain dan lain sebagainya. Budaya intoleransi yang sangat bertolak belakang dengan budaya Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini kian kuat berada di akar rumput, sehingga intoleransi ini sudah merambah kemana-mana.

Mereka disupport oleh beberapa kelompok yang secara sembunyi dan terang-terangan menentang atau tidak menyetujui Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Mereka mengusung cita-cita negara berdasarkan Islam dan berbentuk khilafah.

Nah baru-baru ini kelompok-kelompok ini menyuarakan mendukung Pancasila dengan berbagai bentuk. Mereka sampai turun ke jalan menyuarakan aksi mereka itu. Hal ini semata ini menentang RUU Haluan Ideologi Pancasila.

Tentu saja ini bentuk sikap saling menagasikan yang menggelikan. Di sisi lain mereka giat menentang agama dengan berbagai cara di sisi lain mereka mendukung Pancasila -- tentu saja dengan harapan dan motivasi tertentu.

Karena itu sesekali, marilah kita renungkan apa yang tertera di lirik Rayuan Pulau Kelapa, atau kita menghayati lirik lagu bendera ciptaan Cokelat, maka kita akan bisa memaknai bagaimana berharganya Indonesia dengan aneka keragaman ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun