Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Peran Agama Memoderasi Pandangan Sempit

20 Juni 2020   04:30 Diperbarui: 20 Juni 2020   06:14 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai bulan Juni ini, WHO memperkirakan jumlah penderita Covid-19 berjumlah sekitar  delapan juta jiwa di seluruh dunia. Dari jumlah itu ada sekitar 450 ribu orang yang meninggal dunia dari yang terkonfirmasi sakit itu. Namun jumlah korban jiwa diperkirakan jauh lebih banyak karena di beberapa negara berkembang dan miskin -- dimana swab test tidak bisa menjangkau lebih banyak orang-, jumlah orang yang belum swabtest namun lebih dulu meninggal diperkirakan lebih tinggi dari yang terkonfirmasi Covid-19.

Hal yang paling berat dan membahayakan dari pandemic Covid-19 bukan hanya soal dampak kesehatannya (seperti berapa juta orang yang terserang penyakit itu atau berapa ratus ribu orang yang meninggal). JUga bukan karena vaksin penyakit ini belum ditemukan. Berbagai inovasi dan penelitian sudah dilakukan dan suatu saat nanti, vaksin atau obat untuk penyakit ini akan ditemukan dan bisa menyelamatka ratusan ribu nyawa.

Yang terberat dari itu semua adalah dampak sosial yang ditimbulkan dari pandemic itu. Karena protocol kesehatan berlangsung ketat ; semisal bekerja da belajar dari rumah, memakai masker dan faceshield, menjaga jarak aman dengan orang lain, tidak melakukan mobilisasi yang berlebihan dan lain-lain.

Tidak semua masyarakat bisa melampaui protocol kesehatan ini dengan baik ketika negara kita melakukannya dengan ketat. Jutaan pedagang informal dan beberapa profesi informal yang mengandalkan pendapatan harian sangat terpukul karena pembatasan itu. Mungkin kita tak perlu menyebut para pemulung atau tukang becak yang paling terpukul karena ini, namun pengusaha atau pelaku usaha pariwisata atau kuliner juga menghadapi dampak yang cukup berat.

Dampak ekonomi ini akan menjalar ke dampak sosial. Banyak orang yang secara mental tidak siap dengan situasi ini akan terpukul dan akibatnnya angka kriminalistas meningkat dan banyak orang mengeluh bahkan mencaci situasi maupun pihak-pihak yang menurutnya memperparah situasi ini, semisal pengetatatan beberap daerah karena angka penderita Covid-19 meningkat cepat atau angka kematian yang sangat tinggi.

Situasi ini memang membuat banyak orang tertekan sehingga banyak yang dengan ekstrem mencaci bahkan membencinya. Sikap 'radikal' bahkan bisa dikatakan sempit beberapa orang ini tercermin dengan ujaran kebencian yang sempat  marak di emdia sosial karena mereka tidak puas dengan penanganan pemerintah soal Covid ini.

Agama adalah salah satu hal terdampak (karena selama beberapa bulan orang tidak bisa ke rumah ibadah karena protocol kesehatan) , namun agama sejatinya bisa berperan untuk memoderasi 'radikalisme' seperti yang dijelaskan di atas.

Orang tak perlu mencaci atau membenci pemerintah hanya karena segelintir pejabat yang mungkin salah menterjemahkan perintah atasannya. Agama bisa berperan dengan mendamaikan masing-masing diri umat dengan arahan tokoh agama yang menjelaskan ayat-ayat yang relevan dengan kebijakan yang sudah diambil.

Contoh paling nyata atas kasus ini adalah tokoh agama AA.Gym. Beliau tak henti-hentinya mengingatkan masyarakat agar mentaati protocol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Dengan peran ulama atau tokoh masyarakat lainnya, agama dan kebijakan pemerintah bisa sejalan dan diterima masyarakat dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun