Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agama Kuno di Dunia Modern

16 Juni 2022   16:29 Diperbarui: 16 Juni 2022   16:39 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi,Agama Kuno/@Christofel_ID

Apa yang salah dengan ambisi dan kebanggaan?

Dalam sebuah artikel di Mosaic Magazine berjudul "Homeric and Biblical Nobodies," Profesor Jacob Howland membandingkan gagasan kebanggaan dalam tradisi Yahudi dan dalam tulisan Yunani. Alkitab, dalam Kejadian, menjelaskan secara rinci dua proyek pembangunan besar bahtera Nuh dan menara Babel.

Kisah Babel adalah kisah tentang orang-orang yang tertarik untuk membangun sebuah bangunan besar untuk mencapai surga untuk "membuat nama" untuk diri mereka sendiri. Demikian pula, dalam mitologi Yunani, Odiseus menantang para dewa dan akibatnya sangat menderita. Tesis Howland adalah bahwa ketika peradaban Yunani dan tokoh-tokoh Alkitab awal menantang dewa-dewa mereka untuk supremasi, hal itu mengakibatkan kekacauan dan bencana. Dengan Abraham gagasan Ibrani tentang monoteisme diperkenalkan dan dunia berubah.

Maka dimulailah pergeseran kunci di mana tokoh-tokoh Yunani berjuang demi kemuliaan pribadi sedangkan para pahlawan Yahudi, seperti Daud, menang atas nama Tuhan. Faktanya, David menghubungkan kemenangannya atas Goliat bukan dengan kemampuannya sendiri, tetapi dengan "Tuhan yang telah menyelamatkan saya dari singa dan beruang."

Akan tetapi, para pembangun menara Babel tidak seperti Daud. Tujuan mereka adalah untuk menyaingi Surga, sebuah kelompok yang didedikasikan untuk apa yang Howland sebut sebagai "otonomi total keilahian diri kolektif." Pertanyaan implisit dan mendasar teks ini adalah: Nilai-nilai apa yang akan berlaku? Mereka dari Tuhan atau Manusia?

Abad kedua puluh menyaksikan kemajuan yang mencengangkan dalam sains, kedokteran, teknologi dan komunikasi, namun juga menjadi saksi perang demi perang, termasuk dua perang dunia yang bertanggung jawab atas kematian pada skala industri yang tidak diketahui oleh generasi sebelumnya.

Praduga, arogansi, dan kesombongan manusia mendominasi urusan dunia, ketika para pemimpin dan negara berusaha membuat nama untuk diri mereka sendiri. Kebesaran diri menggantikan semua pertimbangan nilai-nilai transenden, kasih sayang atau kepedulian terhadap orang lain.

Howland mengutip Nietzsche yang memperingatkan bahwa orang yang melawan monster harus berhati-hati untuk tidak menjadi dirinya sendiri. Dia mengacu pada Odiseus, tetapi gagasan itu berlaku secara universal. Ini mengingatkan kita pada pernyataan Golda Meir bahwa suatu hari orang Yahudi mungkin memaafkan orang Arab karena membunuh orang Yahudi, tetapi mereka tidak akan pernah memaafkan mereka karena mengubah kita menjadi pembunuh. Konflik dan perang membuat kita semua menjadi monster, sedangkan nilai-nilai agama universal membentuk rasa persekutuan antara semua ciptaan.

Dalam analisis terakhir, kita semua adalah makhluk yang bergantung, terbatas, rapuh dan fana. Nilai-nilai luhur Yudaismelah yang memanusiakan kita. Tanpa nilai-nilai luhur ini, kita bukan saja bukan saingan untuk Surga, kita juga memiliki kekuranga sebagai manusia. 

Nilai-nilai luhur Yudaismelah yang memanusiakan kita.

Sumber-sumber Yahudi menyatakan bahwa kehancuran dan kekacauan dihasilkan dari dorongan manusia untuk menjadi sombong, dan penekanan tekstual pada Tuhan dimaksudkan untuk mencegah anarki yang dihasilkan dari perspektif yang terbatas dan berpusat pada diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun