Francis Galton lahir pada 1822 di Birmingham, Inggris dan meninggal pada 1911 di Haslemere, Inggris. Polymath (seseorang yang mempelajari pelbagai ilmu pengetahuan secara luas dalam pelbagai bidang) abad ke-19 terkenal karena pembelaannya terhadap eugenika- dalam istilahnya, ilmu yang 'berurusan dengan semua pengaruh yang meningkatkan kualitas bawaan dari ras manusia'.Â
Di bidang psikologi, Galton merintis studi tentang perbedaan individu, khususnya penciptaan tes kecerdasan pertama yang dapat diakui. untuk mempelajari sesuatu tentang memori, ia mengembangkan teknik asosiasi kata. Galton merupakan orang pertama yang menggunakan kuesioner secara sistematis, dan menciptakan sejumlah teknik statistik baru yang memungkinkannya untuk menanyai datanya dengan lebih tepat.Â
Galton juga memiliki pandangan baru mengenai hal-hal semacam pencitraan mental, warisan, dan alam versus pengasuhan.Â
Apabila dibandingkan dengan standar saat ini, tes kecerdasan yang dibuat pertama kali akan nampak sedikit aneh. Tes tersebut bersandar pada asumsi bahwa kemampuan mental keseluruhan seseorang berkorelasi dengan ketajaman indera mereka.Sehingga, sebagai contoh, Galton akan menyusun tes untuk mengukur seberapa akurat orang dapat membedakan antara bobot-bobot yang berbeda, dan di sisi lain, ia juga menyusun tes untuk mengukur kemampuan mendeteksi nada.Â
Pada tahun 1882, Galton mendirikan pusat pengujian di London, dimana dengan membayar, seseorang dapat mengikuti serangkaian tes semacam itu dan menerima laporan pada akhir sesi. Tes Galton yang paling terkenal mengenai pencitraan mental, dilakukan dengan meminta subjek untuk membangkitkan dalam pikiran gambaran meja sarapan mereka pagi itu, dan kemudian melaporkan apakah gambaran itu jelas, rinci, berwarna, dan sebagainya. Yang mengejutkan terdapat banyak variasi dalam kemampuan ini yang nantinya hasil tersebut dikonfirmasi oleh penelitian psikolog. Kesadaran Galton akan pentingnya variasi diantara individu, yang didasari oleh penelitian geografi dan antropologisnya, ditambah dengan publikasi buku milik Darwin yang berjudul The Origin of Species (1859).Â
Galton berbagi pandangan dengan filsuf Herbert Spencer, jika doktrin evolusi tersebut benar, maka implikasi yang tidak terelakkan adalah bahwa pikiran hanya dapat dipahami dengan mengamati evolusinya. Galton menyimpulkan bahwa ketajaman indera adalah landasan kecerdasan. Semakin peka indera, maka semakin mungkin seseorang tersebut cerdas. Selain itu, karena ketajaman indera terutama merupakan fungsi dari warisan genetika, ia  menyimpulkan kecerdasan pasti diwarisi.Â
Galton mulai mengukur tingkat keberulangan keunggulan diantara anak-anak dari orang tua yang terkenal (Menteri luar negeri, hakim, duta besar asing, dll), dibandingkan dengan keturunan populasi umum. Pendekatannya terhadap tugas ini mengidentifikasi dia sebagai pelopor dalam penerapan teknik statistik untuk data psikologis. Galton juga mengenal gagasan dari seorang astronom asal Belgia, sosiolog dan perintis ahli statistik, Adolphe Quetelet. Demonstrasi Quetelet bahwa "hukum kesalahan" mengatur variabilitas dalam fenomena astronomi dan sosial menginspirasi Galton untuk menggunakan pendekatan yang sama untuk pemeriksaan variasi kemampuan mental.Â
Temuan Galton nampaknya menunjukkan suatu kemungkinan yang luar biasa, jika kecerdasan diwarisi, bisakah kecerdasan umum suatu masyarakat ditingkatkan secara selektif, mendorong orang cerdas di sekitar mereka untuk memiliki lebih banyak anak? Galton merasa itu bisa dan dia menemukan serta mendefinisikan istilah "eugenika" sebagai ilmu meningkatkan stok genetik.
Galton memperkenalkan konsep "regresi" (yang awalnya dia sebut sebagai 'pembalikan') untuk menggambarkan fenomena dimana keturunan orang tua yang masuk pada titik ekstrim distrubusi dalam populasi umum (misalnya sangat tinggi atau sangat kecil) cenderung menghasilkan keturunan di kisaran tengah (tinggi rata-rata).
Inquiries into Human Faculty and it's Development (1883) merupakan risalah ilmiah sistematis pertama tentang perbedaan individu dalam fenomena psikologis dan menggambarkan penggunaan pertama uji asosiasi kata. Tes ini melibatkan membaca kata-kata dari daftar yang disiapkan dan mencatat kata pertama yang diucapkan oleh pendengar sebagai jawaban.Â
Pentingnya  Galton dalam sejarah psikologi tidak bisa diremehkan. Meskipun ia tidak menginspirasi banyak pengikut dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Wundt, diatas orang lain, ia menunjukkan bagaimana para psikolog dapat dengan subur mengeksplorasi perbedaan antar individu.