Mohon tunggu...
Chatelia Noer Cholby
Chatelia Noer Cholby Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Tulisan akan selalu menjadi jejak dalam setiap peristiwa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasar Tanah Abang sebagai Ruang Pertemuan antar Etnis

21 April 2020   15:40 Diperbarui: 22 April 2020   16:30 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran Pasar Tanah Abang yang memiliki daya tarik tinggi, membuat orang-orang dari perantauan berusaha mengadu nasib di daerah tersebut. Saya melihat Pasar Tanah Abang menjadi ruang bertemunya berbagai etnis. Keberadaan etnis pendatang di Tanah Abang selalu hadir pada setiap abadnya, mulai dari daerah perkebunan hingga pasar tekstil terbesar. Pada awalnya etnis yang berada di Tanah Abang, yaitu etnis Cina, etnis Arab, dan orang Betawi. Pada kurun waktu yang berbeda juga terdapat etnis lain berdatangan, seperti India, Jawa, Sunda, dan Minang. Oleh karena itu, saya akan memaparkan detail perkembangan etnis pendatang yang hadir di Tanah Abang.

Pada mula dibukanya wilayah Tanah Abang sebagai pabrik oleh Phoa Beng Gam tahun 1648, memberikan ruang pertemuan etnis Cina, banten, dan orang pribumi (Chaer, 2017). Selain itu, beberaa orang Cina yang kaya membuka perkebunan di daerah Tanah Abang. Namun, posisi mereka terancam saat adanya peristiwa pembantaian etnisnya yang terjadi tahun 1740. Komoditas hasil perkebunan menjadi terhenti, akibat terjadinya peristiwa pembantaian. Setelah peristiwa pembantaiannya terjadi, orang Cina mulai mendirikan kembali toko-toko di sekitar Pasar Tanah Abang dengan menggunakan papan nama aksara Cina. Pada tahun 1950-an etnis Cina dibagi menjadi tiga golongan , yaitu orang yang dekat dengan masyarakat kamung dan membuka warung di tempat tersebut, orang Cina kaya yang tidak mau membaur dengan masyarakat kampung, dan orang Cina yang memiliki intelektual. Orang Cina yang tinggal di Tanah Abang saat itu jumlahnya cukup banyak. Mereka yang memilih untuk tinggal di Tanah Abang, mengganti namanya sesuai dengan nama Indonesia. Kondisi tersebut terjadi karena adanya pernyataan Bungkarno, yaitu "Bahasa menunjukkan bangsa" (Chaer, 2017). Beberapa orang Cina tersebut juga ada yang menikah dengan orang Tanah Abang, seperti yang dipaparkan:

... ada beberapa orang Cina yang masuk Islam dan menikah dengan orang Tanah Abang. Bahkan karena mereka kawan kita dari kecil yaa.. kita nggak pernah nebut dia 'Cina'. Misalkan, kita berantem... ya berantem aja. Tapi Cina nya nggak pernah kita bawa" (Wawancara, Bang Anang, warga asli Tanah Abang).

Hal ini menunjukkan pengaruh agama Islam yang masih kuat di daerah ini dengan adanya perkawinan antar etnis Cina dan Betawi. Alhasil, etnis Cina dituntut untuk menerima ajaran Islam dan menjadi muslim.

Keberadaan etnis Arab bersamaan datangnya dengan etnis Cina di Tanah Abang pada abad ke-17. Penyebaran ajaran Islam di Tanah Abang, salah satunya karena peran orang Arab. Menurut Chaer (2017) posisi orang Arab sebagai penyebar ajaran Islam, sedangkan orang Betawi yang menerima ajaran tersebut. Orang Arab juga melakukan kegiatan perdagangan dalam penyebaran ajaran Islam, seperti menjual kurma, kitab agama, ataupun perlengkapan ibadah muslim. Bang Anang (55), warga asli Tanah Abang, menjelaskan bahwa daerah ini dahulu banyak keluarga Arab tinggal di dekat Pasar Tanah Abang dan memiliki rumah-rumah elit. Beberapa orang arab juga ada yang menikah dengan orang asli Tanah Abang, melahirkan keturunan Arab - Betawi. Kondisi ini juga digambarkan oleh Chaer (2017), bahwa awal abad ke-20 orang Arab yang ada di Tanah Abang mencapai 13.000 jiwa. Hubungan sosial yang dimiliki oleh mereka dengan orang Betawi harmonis tanpa adanya pergesekan antar kedua etnis tersebut.

Pada periodesasi yang lain tahun 1950-an mulai berdatangan berbagai etnis pendatang di daerah Tanah Abang, yaitu orang India, Jawa Sunda, dan Minang (Chaer, 2017). Mereka melakukan migrasi ke Tanah Abang untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Rata-rata pendatang tersebut bekerja sebagai pedagang di pasar, pegawai toko orang Cina, ataupun buruh kasar. Para pendatang tersebut banyak tinggal di kontrakan milik orang Tanah Abang yang berada di sekitar pasar. Kilas balik munculnya etnis pendatang yang hadir di Tanah Abang dengan tujuan orientasi ekonomi. Oleh sebab itu, mayoritas PKL di Pasar Tanah Abang berasal dari etnis pendatang.

Etnis pendatang yang hadir di Pasar Tanah Abang memiliki hubungan baik dengan pedagang asli Tanah Abang. Hubungan baik dalam artian saling membantu untuk menghindari Satpol PP, mereka merasa satu kesatua dengan bekerja sebagai PKL. Seperti yang dipaparkan oleh Om Rudi (54), pedagang kaki lima asli Tanah Abang, bahwa daerah Tanah Abang ini adat-istiadatnya, agama, dan etnis sangat cinta damai. Ketika melakukan observasi lapangan, saya melihat informan dari Minang bernama Bang Ari (32) memiliki hubungan baik dengan Om Rudi. Selain itu, Om Rudi saling membantu mengangkut barang dagangan dengan pedagang di sekitarnya saat terjadi penertiban. Hubungan antar etnis berbeda terbangun dari adanya Pasar Tanah Abang, mereka bertemu secara langsung karena kegiatan perdagangan di tempat tersebut. Saya jarang menemukan PKL yang berasal dari Tanah Abang asli, lebih banyak para perantau dari berbagai etnis.

Dengan demikian, Tanah Abang saat ini bukan hanya dihuni oleh orang pribumi saja. Namun, etnis pendatang juga menghuni daerah Tanah Abang. Secara tidak langsung, Pasar Tanah Abang kembali memberikan pengaruh pada peningkatan etnis pendatang yang menempati daerah tersebut. Dewasa ini dapat dikatakan bahwa Tanah Abang buka hanya milik orang aslinya saja, tetapi etnis pendatang pun juga. Oleh karena itu, Pasar tanah Abang dapat kita katakan memiliki magnet untuk mempertemukan berbagai etnis dengan orientasi ekonomi.

Referensi

Chaer, A. (2017). Tenabang Tempo Doloe. Jakarta: Amasup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun