Mohon tunggu...
maschasil
maschasil Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa yang gemar menulis di web maschasil.com

Saya adalah seorang mahasiswa sekaligus mencoba didunia blogger untuk mengaplikasikan hobi nulis saya, semoga saya dalam mencari ilmu bisa bermanfaat. kunjungi juga may blog maschasil.com disana anda akan mendapatkan inspirasi dan motivasi yang anda butuhkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkah Manaqib Jawahirul Ma'ani, Hutang berpuluh-puluh Juta Lunas

16 April 2018   09:34 Diperbarui: 16 April 2018   12:14 5767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiai Hanafi Maula Abbas, S.Ag lahir  pada tanggal 03 September 1969 di Desa  Raguklampitan Batealit Jepara. Beliau adalah putra ke-2 dari 2 (dua) bersaudara dari pasangan Kiai Bukhori dan ibu Nyai Masnah. Sebelum menikah dengan Nyai Masnah, Kiai Bukhori terlebih dahulu menikah dengan Nyai 'Arifah yang menjadi ibu tirinya Kiai Hanafi. Kiai Bukhori merupakan tokoh agama di Desa Raguklampitan, banyak masyarakat desa pada waktu itu yang mengaji pada Kiai Bukhhori yang bertempat di mushollah yang ada di sebelah rumah Kiai Bukhori.

Sejak kecil Kiai Hanafi sudah mulai dikenalkan dengan kegiatan yang berkaitan dengan ibadah kepada sang Kholiq, seperti sholat, tadarus Al-Qur'an dan lain sebagainya oleh bapaknya. Di masa kecilnya Kiai Hanafi bisa dibilang anak yang manja karena beliau memiliki dua orang ibu, Kiai Hanafi mendapatkan kasih sayang yang sama dari kedua ibunnya tersebut, sehingga hal ini menjadikan kehawatiran tersendiri bagi Kiai Bukhori, karena kalau hal semacam ini diteruskan maka Kiai Hanafi akan menjadi anak yang manja dan lambat dalam berkembang, sehingga setelah lulus dari SDN 1 Raguklampitan pada tahun 1982, Kiai Hanafi di pondokkan di pondok pesantren An Nur Desa Gleget Mayong Jepara yang diasuh Oleh al mukarrom KH. Yasin Sholeh dan juga sekolah di SMPN Mayong.  

Kemandirian dan kesibukan Kiai Hanafi mulai nampak ketika berada di Mayong, selain mengaji  beliau juga disibukkan dengan kegiatan sekolahnya yang bisa dibilang padat, karena beliau merupakan anggota OSIS di SMPN Mayong. Berawal dari sinilah Kiai Hanafi mulai menggeluti dunia organisasi. Setelah lulus dari SMPN Mayong pada tahun 1985 beliau meneruskan sekolah di PGAN Kudus dan juga mondok di pondok pesantren Roudlotut Tholibin yang diasuh oleh KH. Minan Zuhri. Berbekal kemahiran berorganisasi yang beliau dapatkan dari sekolahnya yang dulu, beliau dipercaya teman-temannya untuk menjadi ketua umum OSIS di PGAN Kudus, merangkap juga sebagai lurah pondok dan aktif sebagai anggota IPNU ranting Kudus I.

Kurangnya biaya ekonomi tidak menjadikan Kiai Hanafi putus sekolah, tekat dan keinginan yang sangat kuat yang timbul dari diri seorang Kiai Hanafi menjadikan beliau bahkan sempat menjadi tukang  jagal pada malam hari dan kuliah di IAIN Syarif  Hidayatullah Jakarta pada waktu siangnya. Selama menjadi mahasiswa beliau bergabung dengan organisasi kampus yaitu PMII  komisariat fakultas adab cabang Ciputat. Meskipun sudah menjadi mahasiswa, beliau tetap menyempatkan diri untuk mondok di pondok pesantren Darut Tafsir Al Husaini di Parung Bogor yang diasuh oleh al mukarrom KH. M. Husain. Lika-liku seperti itulah yang beliau jalani selama berada di Jakarta sampai beliau lulus kuliah pada tahun 1994.

Ketika masih berada di bangku kuliah pada usia yang relatif muda yaitu 22 tahun, beliau sudah memperistri Nyai Ummi Fadlilah, akan tetapi baik Kiai Hanafi maupun Nyai Ummi Fadlilah pada waktu itu belum bisa bersama, karena keduanya ingin menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu. Berawal dari sinilah karir Kiai Hanafi semakin membaik, mulai dari bidang organisasi beliau aktif di berbagai LSM, dalam bidang ekonomi pada tahun 1997 beliau mendirikan badan usaha meubeler Nyato Indah Furniture dan juga usaha home industri kripik yang pada waktu itu sempat mempekerjakan karyawan 12 orang dari tetangga-tetangga sekitarnya.

Pada tahun 1999 Kiai Hanafi mendapat ujian yang luar biasa, usaha meubelernya mengalami kebangkrutan dan memiliki hutang berpulu-puluh juta, pada waktu itu beliau telah di karuniai 2 putra, karena masalah-masalah tidak kunjung reda beliau sekeluarga menyempatkan diri untuk sowan (bertamu) pada al mukarrom KH. Jauhari Umar Pasuruan (pengarang kitab manaqib Jawahirul Ma'anidan Jawahirus Tsani). 

Pesan dari KH. Jauhari Umar, Kiai Hanafi disuruh untuk berhijrah ke Brunai Darussalam tanpa membawa bekal apapun kecuali kumpulan kitab Jawahiryang merupakan ijazah dari KH. Jauhari Umar dan juaga beliau KH. Jauhari Umar berpesan apabila nanti hutang-hutangmu sudah terlunasi, masalah-masalahmu sudah selesai, jangan sampai melupakan orang-orang yang kurang mampu, bantulah mereka niscaya Allah akan membantumu. Berbekal keyakinan yang kuat dan ciri seorang santri yaitu sami'na wa atho'na pada guru, pada tahun 1999 Kiai Hanafi berhijrah ke Brunai Darussalam.

Panasnya matahari dan dinginnya malam tak menghentikan langkah Kiai Hanafi, Inna Allaha ma'a alsobirin  berkat kesabaran beliau pintu keberkahan mulai terbuka, ibarat kata air ludah dapat menjadi emas ketika beliau berada di Brunai. Kiai hanafi selama berada di sana dipercaya untuk menjadi Ustad , bahkan Kiai Hanafi beserta seluruk keluarganya disuruh untuk pindah ke Brunai dengan fasilitas rumah, kendaraan dan gaji yang sudah disediakan oleh pemerintah Brunai Darussalam. Akan tetapi hal tersebut tidak beliau lakukan, karena beliau ingin meneruskan perjuangan almarhum Kiai Bukhori yaitu merawat pondok dan sekolahan Madrasah yang menjadi tinggalan Kiai Bukhori.

Pada tahun 2005 Kiai Hanafi resmi mendirikan Yayasan Pendidika Islam Bukhoriyyah yang di dalamnya menaungi beberapa  lembaga, sehingga pada tahun 2006 barulah beliau mendirikan Panti Asuhan Welas Asih dan juga Pondok Pesantren Bukhoriyyah. Panti Asuhan Welas Asih merupakan bentuk rasa syukur beliau karena sudah dibebaskan dari segala masalah yang beliau hadapi dan wujud kepedulian beliau terhadap nasib anak-anak yang kurang mampu dalam segi ekonominya, anak korban broken home, bahakan anak yang bermasalah dengan hukum. Sedangkan pondok pesantren Bukhoriyyah merupakan wujud kepedulian beliau terhadap masa depan penerus bangsa, dan beliau ingin mencetak kader-kader da'i muda yang berkompeten dan berakhlaqul karimah.

Kiai Kanafi merupakan salah satu tokoh ulama' yang tidak hanya berkompeten dalam bidang keagamaan dan keorganisasian saja akan tetapi beliau juga pawai dalam hal perpolitikan dan bisnis. Salah satu kiprahnya dalam dunia politik  yaitu sebagai anggota team Deklarator PKB kecamatan Batealit, dan anggota Jaringan Advokasi Anggaran (JARAN) kabupaten Jepara. Meskipun telah bergelar sarjana (S1), tidak sedikitpun terbesit dalam pikiran beliau untuk menjadi seorang PNS, beliau lebih suka  berbaur dengan para santri di pondok pesantren yang dikelolanya sambil mengkaji kitab-kitab salaf yang menjadi salah satu sumber kajian hukum keagamaan.  

Manaqib Jawahirul Ma'anidan Jawahirus Tsani sampai saat ini tetap beliau wirid dan juga bagi para santri-santrinya pula,  saat ini beliau sudah memiliki santri sebanyak 120 an, rasa peduli terhadap sesama, menghargai terhadap sesama selalu beliau ajarkan terhadap santri-santri dan anak asuhnya. Beliau selalu berpesan "pintar itu penting tapi akhlaqul karimah lebih penting" dan "tangis takkan menolong, sesal kemudian tak akan berguna".

Penulis             : Mohammad Burhanudin

Fakultas           : Dakwah dan Komunikasi

Prodi               : Komunikasi Penyiaran Islam

Semester          : VI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun