Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Denting Sunyi Sasando Rote di Galeri Indonesia WOW

20 Maret 2016   13:19 Diperbarui: 20 Maret 2016   13:46 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sasando (foto dokpri)"][/caption]

Senyap. Lengang. Demikian sekilas gambaran suasana lantai dua gedung SMESCO, Minggu (20/03) siang saat saya datangi. Beberapa langkah dari tangga berjalan, di sisi kiri, tiga galeri dari tiga provinsi berdiri. Provinsi Banten lebih dahulu menyapa pengunjung yang datang dari lantai bawah. Letaknya beberapa langkah kaki dari tangga berjalan itu.

Suara pemandu acara silih berganti dengan aneka sajian musik terdengar jelas dari lantai bawah. Artikulasi pemandu acara tak jelas saya tangkap. Tetapi dentingan dari salah satu alat musik petik memainkan instrumentalia yang syahdu tepat menusuk ke ruang batin dan ingatan saya. Sambil mereka-reka judul dan nama penyanyi, langkah kaki terus saya ayunkan ke sisi kiri, melintasi galeri Provinsi Banten. Sebelum saya memastikan judul dan nama penyanyi yang mempopulerkan lagu yang dimainkan dengan indah itu, pandangan mata saya sudah bertumbukkan dengan tulisan di gerbang galeri: PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

[caption caption="foto dokpri"]

[/caption]

Aha, ini dia provinsi dari mana saya berasal. Ini dia provinsi yang saya cari-cari. Ke tempat ini saya ingin melihat dari dekat dan memastikan apa saja produk andalan yang  dipamerkan dan ‘dijual’ di ibu kota ini. Rasa penasaran dan ingin tahu berkelebat hebat, walau dari beranda saya sudah bisa melihat dan sedikit mengidentifikasi barang-barang yang dipamerkan itu.

Galeri tetangga sebelah kanan, Provinsi Banten hadir dengan aneka produk kayu, kerajinan tangan, pakaian dengan motif daerah dan masih banyak lagi. Sementara tetangga sebelah kiri, Provinsi Sumatera Selatan, langsung merayu pengunjung dengan aneka sajian kain tenun dan produk tenun yang sudah diolah menjadi aneka pakaian.

Nusa Tenggara Timur (NTT)? Provinsi seluas 48 ribu km2 yang terbagi dalam 22 kabupaten/kota terwakili dalam sejumlah produk antara lain tenun ikat, produk olahan tenun ikat seperti tas dan dompet, madu hutan, gula sabu, miniatur ‘maskot’ reptil purba Komodo dan beberapa lainnya.

Tenun ikat beraneka warna dan dari beberapa daerah di NTT hampir terwakili di sini. Corak warna dan motif unik dan beragam siap menggoda pengunjung. Tak heran produk tersebut hampir mendominasi sebagian besar ruangan depan. Namun, NTT bukan hanya tenun ikat semata. NTT tak hanya anyaman saja. NTT pun tak hanya madu sebotol dan gula sabu tiga botol kecil di atas meja itu.

Hampir setiap daerah, dan dari sekitar 16 suku bangsa yang ada, masing-masing memiliki hasil karya dan produk yang bisa ‘dijual’. Namun mengapa tak semua hadir di sini? Entahlah..Tentang ini banyak hal dan alasan yang bisa dikedepankan. Dan bukan waktu dan tempat yang pas untuk berpolemik di sini.

Tanpa mau berlama-lama mengidentifikasi keterwakilan dari kekayaan NTT, pandangan mata saya langsung terarah ke bagian belakang. Di sebuah rak bertingkat dengan rangka kayu menganga. Di sana salah satu produk budaya dan kreativitas masyarakat hadir. Ya, sasando.

Dari sebuah daerah yang sepi dan gersang sasando itu lahir. Secara harafiah, menurut masyarakat Rote, sang empunya, sasando berarti alat yang bergetar atau berbunyi. Jelas, sasando bukan makanan, atau barang lain. Sasando adalah alat musik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun