Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar dari Brasil, Raksasa Mapan yang Terkapar di Kazan

7 Juli 2018   09:18 Diperbarui: 7 Juli 2018   13:39 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah potret pertandingan Brasil kontra Belgia di perempatfinal Piala Dunia 2018/Gambar dari Dailymail.co.uk

Kazan Arena ternyata sangat tidak ramah bagi para juara dunia. Setelah Jerman dan Argentina, kini giliran Brasil yang terkubur di stadion tersebut. Sabtu (07/07/2018) dini hari tadi menjadi momen paling getir bagi sang juara dunia. Asa juara keenam kembali menguap. Kali ini di tangan Belgia.

Gol bunuh diri Fernandinho di menit ke-13 dan sepakan Kevin De Bruyne menit 31 hanya mampu dibalas Renato Augusto di menit ke-76. Selecao yang diunggulkan di perhelatan kali ini harus menerima kenyataan berbeda. Segala puja puji kembali berakhir pahit seperti tiga edisi sebelumnya. Sedihnya, kekalahan demi kekalahan itu terajdi di hadapan para wakil Eropa.

Setelah kali terakhir menjadi juara dunia pada 2002, Brasil belum lagi naik podium. Tim-tim Eropa selalu menjadi mimpi buruk. Empat tahun setelah juara itu Brasil dijegal Prancis 0-1 di perempat final. Langkah Tim Samba kembali terhenti di delapan besar di 2010. Kali itu giliran Belanda yang memenangkan pertandingan dengan skor 2-1.

Brasil yang tidak ingin mengecewakan para pendukungnya justru menjadi bulan-bulanan Jerman di semi final edisi 2014. Kekalahan 1-7 yang menyakitkan dari tim yang kemudian menjadi juara benar-benar melukai hati para pendukung dan menghempaskan segala harapan menjadi juara di kandang sendiri. Dan momen penebusan dan pelampiasan yang diharapkan memuncak di edisi mutakhir kembali tertunda.

Mimpi buruk

Apakah Brasil sudah masuk kotak kutukan tim-tim dari benua biru? Saya tidak percaya sedikitpun pada takdir. Ada hal lain yang bisa dijelaskan di balik setiap kekalahan. Tak terkecuali kali ini.

Absennya Casemiro membawa persoalan besar di lini tengah Brasil. Beberapa tahun silam sempat muncul perdebatan ketika ia dibandingkan dengan Fernandinho. Lebih banyak menjagokan pemain yang disebutkan terakhir itu.

Ketika polemik itu mengemuka Fernandinho memang sedang berjaya, dan mungkin sedikit bannyak terus bertahan hingga sekarang bersama Manchester City. Namun Casemiro menunjukkan perkembangan yang luar biasa di Real Madrid, terutama di bawah kendali Zinedine Zidane. Kepercayaan berpelukan dengan peningkatan yang signifikan menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia.

Sayang kartu kuning yang diterima saat menghadapi Meksiko membuatnya harus absen di laga penting ini. Fernandinho kemudian mendapat kesempatan pertama mengisi "starting line-up". Hasilnya sungguh di luar dugaan.

Salah mengantisipasi bola sepak pojok justru berbuah gol bunuh diri di awal pertandingan. Ia pun tak bisa diharapkan untuk menjadi salah satu motor penggerak kebangkitan tim. Harapan untuk memberikan keseimbangan di lini tengah melalui umpan dan blokade serangan menguap. Sebaliknya, Belgia bisa leluasa mengendalikan lini tengah melalui Marouane Fellaini dan Axel Witsel dan melancarkan serangan balik mematikan melalui celah-celah yang ditinggalkannya. 

Penampilan Fernandinho kali ini menyiratkan betapa pentingnya kehadiran Casemiro bagi seluruh sistem yang dibangun Tim Samba. Sebaliknya, Belgia sukses memanfaatkan mimpi buruk Fernandinho.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun