Di Bogota, di mana Klub Millonarios dan Santa Fe telah berbagi 22 gelar, dana besar pun mengalir untuk pembenahan transportasi, infrastruktur budaya dan pemulihan lingkungan. Angka kematian lalu lintas telah berkurang separuh dan tingkat pembunuhan telah menurun sekitar 70 persen.
Di Medellin, di mana Nacional berumah, tingkat pembunuhan telah menurun 80 persen di antaranya karena adanya integrasi antara pemukiman kumuh yang ada di lereng bukit dengan moda transportasi serta perbaikan pendidikan dan program-program sosial.
Pemandangan yang kurang lebih sama terjadi di Cali, kota yang menjadi markas klub America dan Deportivo. Pembongkaran lingkungan El Calvario yang dikenal sebagai pusat obat-obatan, prostitusi dan berbagai bisnis haram lainnya.
Berbagai perubahan yang dilakukan telah membuahkan hasil. Walau di sana-sini masih belum menyelesaikan persoalan dasar setempat seperti kemiskinan. Setidaknya dampat positif itu terlihat nyata.
Salah satu kesaksian meluncur dari mulut Juan Pablo Angel, pemain Kolombia yang lahir di Medellin dan pernah merasakan masa-masa suram.
"Pulang setahun sekali pada akhir musim membuat lebih mudah untuk melihat perubahan yang terjadi di kota dan Negara. Terutama ketika Alvaro Uribe menjadi presiden (antara tahun 2002 dan 2010),” tuturnya yang pernah berkiprah di Argentina, Inggris bersama Aston Villa sebelum mengakhiri petualangan di Amerika Serikat.
Masa-masa sulit Kolombia dan persepakbolaannya akhirnya harus dibayar mahal dengan rasa takut, dan digadai dengan nyawa. Di pentas sepak bola dunia, kondisi miris tersebut membuat Kolombia harus kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah Copa America 2001.
Bahkan menurut Pereira, "Setahun kemudian, Kolombia bahkan tidak lolos ke Piala Dunia."
Situasi ini membuat Kolombia segera sadar diri dan berbenah. Kompetisi sepak bola dibenahi di antaranya mengikuti kalender sepak bola seperti di Eropa; melakukan investasi dan memperhatikan pembinaan usia muda.
"Lebih banyak investasi. Mereka mengurangi jumlah klub di divisi pertama, menempa bakat dan meningkatkan standar. Banyak klub mulai berinvestasi akademi muda.”
Walau proses tersebut membutuhkan waktu, bahkan harus absen di perhelatan Piala Dunia tahun 2000-an, namun hasilnya sudah dirasakan saat ini. Dengan belajar dari masa lalu, kepemilikan dan pengelolaan klub pun menjadi baik dan berpengaruh pada stabilitas sepak bola setempat.