Mohon tunggu...
Dwi Permata
Dwi Permata Mohon Tunggu... Freelancer - Nusantara Series

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Upacara Adat, Daya Tarik Baru Wisata di Indonesia

25 Februari 2020   17:30 Diperbarui: 25 Februari 2020   17:35 2003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa yang hidup didalamnya. Adat dan tradisi dari masing-masing suku memiliki ciri khas masing-masing dan berbeda satu sama lain. Kebudayaan-kebudayaan yang berasal dari beragam suku bangsa di Indonesia adalah bagian dari kebudayaan nasional, meskipun sudah lama merdeka namun kebudayaan yang berada di Indonesia belum terbentuk secara utuh menjadi satu. Masing-masing suku bangsa masih terikat pada adat dan tradisi yang berlaku pada lingkungannya masing-masing.

Kebudayaan menurut Geertz adalah pola dari makna yang terjalin secara menyeluruh dalam symbol-simbol yang terus diturunkan ke generasi selanjutnya. Secara historis adalah suatu system tentang konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik dimana manusia menggunakannya untuk berkomunikasi dan mengembangkan pengetahuan serta perilaku dan sikap mereka dalam menjalani kehidupan.

Peranan upacara adalah sebagai perantara simbolik, upacara tradisional merupakan ritus kepercayaan yang pada dan penuh dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan masyarakat penganutnya. Dalam masyarakat adat, upacara tradisional bertujuan untuk menghormati, mensyukuri dan memuja kepada Tuhan melalui leluhurnya. 

Dalam upacara tradisional terjadi hubungan antara otoritas leluhur atau Tuhannya dengan pemujanya yang mana mereka meyakini bahwa yang dipujanya memberikan sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan. Para pemujanya percaya bahwa manusia memiliki keterbatasan untuk mencapai suatu tujuan, makan mereka meyakini bahwa dengan bantuan leluhur semua itu dapat dicapai1 (Lihat Drs. Ajisman, dkk, Perubahan Upacara Tradisional pada masyarakat pendukungnya, Proyek Pengkajian dan Pembinaan nilai-nilai budaya Provinsi Kalimantan Barat, 1998). 

Upacara adat sebagai salah satu unsur budaya apabila dikelola dapat dipotensi sebagai salah satu daya Tarik pariwisata di daerah tersebut. Pada saat ini banyak wisatawan yang telah merubah pola berkunjungnya dari wisata alam menjadi wisata budaya ataupun sejarah. Wisatawan merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana orang lain dapat hidup dalam lingkungan yang berbeda dari lingkungan mereka. 

Santoso mengatakan bahwa kebutuhan pariwisata yang mengalami perubahan dari wisata alam menjadi wisata budaya sebagai perubahan dalam consumer behavior pattern. Gejala perubahan pola konsumsi para wisatawan ini didorong oleh meningkatnya selera pilihan ke jenis wisata yang lebih tinggi2 (lihat di Santoso dalam Benedikta Juliatri WW, 2008, Pembangunan Kepariwisataan Kota Singkawang di Era Otonomi daerah : Peluang Pengembangan Pariwisata Budaya dan Ekonomi Kerakyatan dalam Kalbar Multikultural dan Pariwisata, Jakarta.)

World Tourism Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata budaya sebagai bagian dari industry yang memberikan perhatian lebih besar kepada atraksi budaya. Definisi atraksi budaya sangat bervariasi meliputi monumen, tempat-tempat bersejarah, bentuk-bentuk kesenian, upacara tradisional dan adat istiadat serta keramahtamahan yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat didaerah yang dikunjungi.

Menurut Eugenio Yunis (2006)3, pariwisata budaya dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal, menghasilkan dana dan pendidikan untuk konservasi budaya baik yang tangible maupun intangible dan sekaligus menjadi ancaman yang sangat membahayakan terutama apabila terjadi proses akulturasi antara budaya masyarakat local dengan budaya wisatawan akibat dari kesalahan pengelolaan pariwisata tersebut.  (Lihat Eugenio Yunis dalam I Wayan Ardika, 2006, Pengelolaan Pusaka Budaya Sebagai Objek dan Daya Tarik Pariwisata di Bali dalam Bali Bangkit-Bali Kembali, Jakarta).

Pariwisata budaya pada intinya merupakan jenis pariwisata yang menawarkan kebudayaan yang berupa atraksi budaya baik yang bersifat tangible (konkret) maupuan intangible (abstrak), juga bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut) dan cultural heritage (warisana budaya masa lalu). Sebagai daya Tarik utama untuk menarik wisatawan. Dalam living culture, unsur-unsur yang bisa dijadikan sebagai daya tarik antara lain tradisi suatu suku bangsa tertentu, upcara dan ritual keagamaan, seni pertunjukan, dan sebagainya. 

Sedangkan dalam cultural heritage daya tarik yang ditawarkan berupa benda-benda peninggalan sejarah dan perbakala, landscape budata dan lainnya.4 (Lihat Anggoro Cahyadi, TT, Pengembangan Pariwisata Budaya dan Tantangannya Tanggal akses 11 Desember 2019 pukul 11:50 WIB)

Salah satu bentuk budaya local yang banyak dipelajari oleh wisatawan adalah seni tradisi. Menurut Permas5 dalam seni tradisi tersebut dapat berwujud sebagai seni tradisi ritual untuk upacara-upacara keagamaan dan adat serta seni tradisi yang dikemas khusus untuk dinikmati masyarakat luas maupun wisatawan. Jenis pariwisata tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah daya tarik wisata untuk mendatangkan wisatawan ke daerah-daerah yang akan dijadikan sebagai daerah tujuan wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun