Mohon tunggu...
Faizal Chandra Kusuma
Faizal Chandra Kusuma Mohon Tunggu... Pengacara - Saya seorang Pengacara yang menggemari dunia olahraga, bisnis, teknologi destinasi wisata

Memulai bekerja dengan mengaplikasikan pikiran kita ke dalam sebuah karya tulisan, menulis ibarat menceritakan sssuatu hal yang ada dalam pikiran kita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Harun Rasyid dengan Zubaidah, Sosok Cendekiawan Muslim yang Bijaksana

13 Januari 2021   14:04 Diperbarui: 13 Januari 2021   14:04 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Atul Loke/Getty Images

Zubaidah bin Ja'far, seorang putri cendekiawan muslim dari tanah Arab, menapakkan sejarah muslim dunia kala menjadi isteri Khalifah Abbasiah, Harun Rasyid. 

Zubaidah menikah dengan Sultan Harun mencurahkan seluruh cinta dan kasih sayangnya cinta kasihnya tercurah utuh pada sang suami. Tapi, dia tak hanya sekadar mendampingi kegiatan kerajaan, ketika mengambil keputusan apapun Sultan Harun selalu meminta pertimbangan istrinya.

Dinasti Abassiah melahirkan dua pasang cendekiawan yang bijaksana dan dermawan. Mereka sosok yang bijaksana dalam semua pemgambilan keputusan. Tak hanya itu Zubaidah terkenal dermawan dengan rakyatnya. Apapun kebutuhan rakyatnya. Harun dan Zubaidah berusaha agar terpenuhi.

Zubaidah tak hanya berparas rupawan dan lemah lembutnya. Dari sisi wawasannya, sikapnya yang bijaksana, dan punya jiwa pemberani menjadi kelebihan Zubaidah.

Dia seorang permaisuri yang sederhana dan dermawan. Istri dari khalifah kelima Dinasti Abbasiyah, bernama Harun al-Rashid, ini menjadi kebanggaan bagi rakyat-rakyatnya. Zubaidah binti selalu memperhatikan kebutuhan masyarakatnya. Tak tak heran jika Zubaidah memiliki pengaruh yang besar pada kejayaan dinasti Abbasiyah.

Yang perlu diingat dari Zubaidah adalah kesediaannya untuk merelakan uangnya untuk membangun infrastruktur dan fasilitas bagi jamaah haji. Waktu itu ia menjalankan ibadah haji dan melihat para jamaah haji yang kekurangan air. Para jamaah saat itu kepanasan, kehausan, bahkan meninggal dunia kala melaksanakan wukuf di Arafah.

Zubaidah kemudian memiliki gagasan menyisihkam uangnya untuk  membangun saluran air sepanjang sepuluh kilometer di Makkah dengan memanfaatkan sumur Zamzam. Pembangynan berlangsung selama sepuluh tahun dan banyak yang bertanya untuk membangun infrastruktur air ini membutuhkan biaya besar.

Selain itu, Zubaidah juga membangun Jalur Zubaidah, yakni jalan untuk memudahkan jamaah haji. Jalur perjalanan ini dibangun dengan basis modern. Untuk mulai mengerjakan jalur ini, pekerja memulai dengan membuka jalan, mendirikan waduk, mengebor sumur. Mereka pun membangun perumahan serta tempat peristirahatan di sepanjang jalur perjalanan tersebut. Dia juga mendirikan sejumlah tempat peristirahatan dan telaga air raksasa di Mina dan Arafah.

Tak ada lagi selain ketaatan Zubaidah kepada Allah SWT. Baginya hidup adalah melakukan banyak amal kebaikan yang kekal. 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun