Mohon tunggu...
ATIKAH
ATIKAH Mohon Tunggu... Guru - GURU

Hanya seorang guru yang memiliki hobi berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Murid Merdeka, Guru Sejahtera

29 Januari 2023   20:31 Diperbarui: 29 Januari 2023   20:36 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia Pendidikan terus melalukan transformasi melalui program-program yang bertujuan untuk memerdekakan putra-putri bangsa dalam belajar. Namun, beberapa kebijakan telah menuai kontroversi dan menimbulkan kebisingan-kebisingan di ruang publik. Pemerintah telah mencetuskan program merdeka belajar yang terbagi menjadi 8 episode. Tentunya program tersebut telah memakan dana yang tidak sedikit. Sehingga, muncullah pertanyaan sejauh mana efektivitas anggaran yang digunakan serta seberapa besarkah perubahan yang sudah terjadi terhadap mutu Pendidikan di negara kita ini.

Masa depan Pendidikan di negara kita ini nampaknya masih samar. Para pendidik dituntut untuk meningkatkan kualitas kompetensinya. Program demi program dalam episode merdeka belajar dan mengajar ini mereka ikuti. Namun, adakah yang mempertanyakan, apakah mereka sudah merdeka hidupnya sebagia seorang pendidik? Pemerintah terlalu fokus akan masa depan anak-anak sehingga lupa untuk membahagiakan gurunya.

Sebagaimana yang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim katakan, prioritas Merdeka Belajar akan berfokus pada delapan prioritas. Yaitu,  KIP Kuliah dan KIP Sekolah, Digitalisasi Sekolah, Prestasi dan Penguatan Karakter, Guru Penggerak, Kurikulum Baru, Revitalisasi Pendidikan Vokasi, Kampus merdeka dan Pemajuan Kebudayaan dan Bahasa.

Perjuangan para guru dalam mencerdaskan anak bangsa, telah dipertontonkan secara publik. Sesungguhnya negara ini tidak kekurangan guru. Akan tetapi, kita kekurangan guru yang sejahtera, guru yang memiliki perlindungan serta kualitas yang memadai. Jika ada yang berkata pada saat ini guru-guru di negara kita sudah jauh sejatera. Akan dipastikan ada pertanyaan lanjutan. Guru yang manakah yang sejahtera? Mungkin itu hanya berlaku untuk guru yang berstatus ASN. Mereka yang kesehatannya tercover serta ditambah tunjangan sertifikasi dan lainnya.

Dibalik kesejahteraan yang dirasakan guru-guru ASN meski sesungguhnya jauh apabila kita bandingkan dengan gaji di intansi lainnya. Ada guru-guru honorer yang disetiap tetes keringatnya terdapat kegelisahan dan kesedihan. Meski demikian dimata peserta didik tidak ada labeling antara guru honorer dan ASN.  Pemerintah mengharapkan agar anak-anak kita merdeka dan bahagia ketika belajar, serta mampu mencapai kebahagian setinggi-tingginya dalam hidup. Untuk mewujudkan itu semua tentunya guru-guru terus belajar dang mengupgrade kompetensinya sesuai perekembangan zaman.

Ada dua  hal yang tidak bisa kita pisahkan dalam mendidik anak-anak yaitu harus menyesuaikan antara kodrat alam dan kodrat zaman.  Secara kodrat anak-anak terlahir dengan bakat dan minat yang berbeda-beda secara unik . demikianlah berdasarkan keunikan tersebut maka guru tidak dapat memperlakukan murid-muridnya dikelas secara sama. Maka dari itu mengapa guru harus terus belajar? Cita-cita anak generasi digital kini sangatlah unik berbeda dengan zaman dulu. Dahulu anak-anak memiliki impian ingin menjadi dokter, guru, polisi, TNI, Pilot dan lainnya. Namun, kini anak-anak kita lebih tertarik untuk menjadi seorang konten creator baik itu youtebers, tiktok, podcast dan atlit esport.

Cita-cita turut berubah seiring pergerakan zaman. Itulah yang dimaksud kodrat zaman. Sebenarnya kata merdeka belajar bukanlah hal yang baru atau tabu. Jauh sebelumnya bapak proklamator Pendidikan kita yaitu Khi Hadjar Dewantara telah mengenalkan sebuah filosofi "guru mempuinyai tugas "among" (emban) atau "momomg" (mengemban). Maka guru diibaratkan seorang pengasuh (fasilitator) yang mempunyai peran mengasuh, membimbing sang anak dengan ikhlas sesuai bakat dan minat yang diasuh".

Jadi, mendidik sesuai bakat dan minat merupakan tuntutan guru dari zaman dulu. Akan tetapi, saat ini beberapa pendidik khususnya beliau yang berada pada fase usia yang tidak muda lagi, merasa tergopoh-gopoh agar dapat meneyesuaikan diri. Bagaimana tidak, anak-anak di sekolah mereka terlahir sebagai generasi native. Tidak mudah memang, namun mau tidak mau guru juga terus belajar mengembangkan kompetensinya teknologinya. Namun, lagi-lagi bagaimana kabarnya guru-guru honorer yang jangankan untuk membeli sebuah laptop, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinyapun mereka pas-pasan.

Permasalahan ini tentunya harus segera teratasi. Ibaratkan helaian benang yang dibiarkan semeraut dan kusut, maka lama kelamaan akan sulit dipintal kembali. Demi memberikan ilmu yang berfaedah tentunya guru-guru juga harus bahagia dan merdeka. Merdeka secara lahir maupun batin. Jika bapak dan ibu gurunya bahagia tentunya akan menghadirkan semangat yang positif disetiap kelasnya. Guru memiliki peran penting dalam membentuk peradaban bangsa maka sudah sepatutnya mereka mendapatkan penghargaan yang layak, bukan hanya menjadi tontonan publik semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun