Mohon tunggu...
Cezza Zahwa
Cezza Zahwa Mohon Tunggu... mahasiswa

suka sukaa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Pertemanan Berhadapan dengan Ilfeel

4 Oktober 2025   15:53 Diperbarui: 4 Oktober 2025   15:52 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kadang, kesepian itu datang bukan karena kita benar-benar sendiri, tapi karena ada rasa hampa di tengah keramaian. Kita bisa punya banyak teman, ikut berbagai kegiatan, nongkrong ke sana ke mari, tapi tetap saja ada momen di mana hati terasa kosong. Yang lebih rumit lagi, saat ada orang datang dengan niat peduli, kalau kita tidak srek malah bisa bikin ilfeel.

Ada kalanya kita cuma butuh teman untuk hal sederhana---sekadar ngopi, ngobrol santai, atau keluar malam. Tapi saat tugas dan deadline menumpuk, semua percakapan rasanya jadi nggak penting. Fokus hanya ingin menyelesaikan semua tanggung jawab. Nah, setelah selesai, justru muncul rasa ingin sambat, ingin cerita ke seseorang, tapi bingung harus ke siapa.

Aku sendiri sering dianggap punya banyak teman karena ikut panjat tebing. Tapi sebenarnya, pertemanan itu nggak sesederhana kelihatannya. Contohnya waktu aku ngajak temanku (cewek dekatku) ketemu sama seniorku di Madiun. Di sana kebetulan ada juga orang yang bisa dibilang "ex" aku. Kami ngobrol, ngopi, semua ngalir begitu saja, dan anggaplah cerita itu sudah lewat.

Bulan lalu, aku ngajak lagi temanku ini ketemu dengan seniorku yang usianya lima tahun lebih tua. Seniorku datang bawa dua teman. Kami duduk di caf, ngobrol, saling tukar cerita. Tapi, sebelum ngobrol pun, temanku sudah bilang, "nggak cez"---tandanya dia sudah merasa ilfeel duluan. Bayangkan, belum mulai ngobrol, dia sudah menutup diri.

Waktu pulang aku sempat bilang ke dia, "tolonglah, aku bakal ajak kamu ketemu temen-temenku lagi biar kamu paham kalau nggak semua cowok itu brengsek kayak mantanmu. Biar kamu nggak gampang ilfeel." Tapi jawaban dia cukup bikin aku mikir panjang. Katanya, dia lebih nyaman dengan temanku yang di Madiun, karena tanggapannya beda, lebih bisa bikin dia nggak ilfeel.

Dari situ aku sadar, kesepian itu bukan sekadar soal ada atau tidaknya orang di sekitar kita. Tapi juga soal kecocokan, penerimaan, dan bagaimana hati kita merespons orang lain. Kadang kita butuh waktu untuk benar-benar membuka diri, dan nggak semua orang bisa kita terima dengan cara yang sama.

Mungkin kesepian memang bagian dari perjalanan, dan ilfeel itu mekanisme pertahanan diri. Tapi kalau kita terus menutup diri, bisa jadi justru kita kehilangan kesempatan untuk bertemu orang-orang baik yang sebenarnya tulus ingin hadir dalam hidup kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun