Mohon tunggu...
Meta Maftuhah
Meta Maftuhah Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan UMKM dan survey sosial ekonomi yang senang menulis blog.

Visit my blog : http://www.ceumeta.com Contact : meta.maftuhah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Mungkinkah Lebaran Tanpa Hidangan Ayam dan Daging Sapi?

14 Juni 2018   15:03 Diperbarui: 14 Juni 2018   15:12 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Opor ayam alhamdulillah 

Tuk dimakan di hari raya

Tak punya pun tak apa-apa, 

Masih ada singkong gorengnya...."

Penggalan lagu yang dinyanyikan Dea Trio Kwek-kwek, mengingatkan saya harus segera membeli ayam untuk idul fitri. Ya, jika hilal nampak sore ini, 1 syawal diperkirakan jatuh esok, bertepatan dengan tanggal 15 Mei 2018. Jangan tanya berapa harga daging sapi, ayam kampung, cabe merah dan bawang merah, primadona setiap Idul Fitri. Yang pasti hari ini harga semakin melangit. Walau begitu, pasar tetap penuh sesak dengan para pembeli yang tumpah ruah. 

"Ayo balanja, ayo balanja, hari terakhir, sakedeung deui tutup", (ayo belanja, hari terakhir, sebentar lagi tutup),  teriak pedagang di pasar tadi pagi. Biasanya pedagang di hari terakhir Ramadhan berjualan maksimal hingga pukul 15 atau jatuh waktu Ashar. Tapi tidak sedikit yang menutup lapak saat dluhur. Dan kemudian berjualan kembali di hari ke-3, bahkan ada yang libur berjualan hingga hari ke-7 bulan Syawal. 

Kembali ke bahan pokok favorit Lebaran, tampaknya hampir di semua daerah bahan pangan ini jadi primadona. Tidak hanya di Jawa, tetapi juga di beberapa daerah lain. Ya di hari Idul Fitri, memang disarankan untuk menyediakan penganan terbaik dan juga pakaian terbaik. Tapi kenapa harus sapi dan ayam? 

Dalam sebuah obrolan iseng, pernah dilontarkan sebuah pertanyaan oleh seorang teman, "Apa jadinya lebaran tanpa sapi dan ayam? Kenapa kita tidak makan ikan, telur, atau sayuran saja?" Adalah sebuah pemikiran nakal untuk menghilangkan menu opor ayam, sambel goreng ati dan rendang dari meja makan di saat lebaran. Hal itu saya lontarkan kemarin. Tapi, dengan kompak dan tegas anak-anak menolak. Mereka tetap meminta menu lebaran besok adalah ketupat, opor ayam, sambel goreng kentang dan rendang. "Ah Ibu, kita kan jarang-jarang makan ketupat dan opor ayam. Setahun cuma dua kali. Saat Idul Fitri dan Idul Adha. Kalau makan ikan, mah sudah biasa setiap hari". 

Ternyata gagasan saya untuk mengganti menu lebaran besok dari opor ayam ditolak. Padahal, tadinya saya ingin mengurangi laju inflasi di Bulan Juni 2018 akibat pembelanjaan daging dan ayam, serta cabe dan bawang merah. Ya, sekali-kali lah lebaran pakai pepes ikan mas, atau gurame asam manis yang khasnya Ciamis. Atau menu lain yang bisa dibuat jadi spesial. Tapi, ternyata, daging dan ayam bukan semata penganan biasa, tapi bisa jadi bagian dari budaya. Seperti ketupat yang konon menurut sejarah merupakan salah satu bentuk dakwah Wali Songo. 

Idul Fitri memang istimewa, sehingga semua umat Islam akan merayakannya, baik kaya maupun miskin. Yang kaya tentu tidak kesulitan uhtuk membeli semua kebutuhan lebaran, tapi yang miskin pun punya cara menyediakan hidangan lebaran. Mulai dari menyisihkan tabungan lebaran atau mendapat pembagian zakat, infak dan sodaqoh di Bulan Ramadhan. 

Bukan hal yang mustahil, daging dan ayam tidak lagi menjadi primadona di saat lebaran. Andaikan pemimpin bisa memberikan contoh. Mulai dari Presiden hingga kepala daerah menyajikan hidangan non daging dan ayam, kemudian diliput media atau dibuat vlog. Sekejap.akan menjadi viral, hidangan baru lebaran tanpa daging dan ayam versi pejabat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun