Kabaik yang diserap dari bahasa Inggris, “cupboard”, yakni lemari, tempat cangkir dan piring di dapur, Istilah ini juga terserap ke dalam bahasa Lembak di Bengkulu menjadi “kabat”. Namun bagi generasi baru Minang pada saat ini istilah tersebut sudah tidak dikenal dan pada awal dasawarsa 1960-an istilah “kabaik” ini hanya kakek dan nenek yang masih suka memakai kata tersebut.
Sebagai penutup ada satu lagi istilah yang terindikasi asing dan yang suka dipakai oleh sebagian masyarakat Minang, terutama yang berasal dari daerah Kabupaten Agam/Bukittinggi yakni “pucuak parancih/pucuk perancis" atau daun perancis yang biasanya disebut daun ubi kayu (daun singkong). Sepintas terlihat ada kaitannya dengan negara Perancis, namun istilah daun/pucuak parancih (daun/pucuk perancis sama sekali tidak ada kaitannya. Istilah ini diambil dari nama seorang Residen Pemerintah Kolonial Belanda, Edward Francis yang berkebangsaan Inggris, yang sewaktu masa jabatannya, pada penghujung Perang Padri tahun 1834 sampai dengan tahun 1837 memperkenalkan/menganjurkan agar penduduk Sumatera Barat menanam singkong di kebun-kebun mereka. Itulah sebabnya sebagian orang Minang menamakan daun/pucuk ubi kayu, ubi dengan daun/pucuk parancih.
Demikainlah sekelumit cerita saya mengenai Kata Serapan Dalam Bahasa Minang yang bisa saya indikasikan berasal dari Inggris.
Tangerang Selatan, 3 Februari 2017.