Beberapa ratus meter dari vihara Kwan Tek Kong, awak temui satu jalan raya bernama Tjong Yong Hian. Dari catatan Kompasianer James Pardede, nama jalan tersebut dinamai Tjong Yong Hian sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih yang diberikan Pemko Medan karena kontribusi besar saudagar ini membangun kota Medan di masa lalu. Hingga saat ini tak ada kalangan yang protes dengan penamaan jalan raya Tjong Yong Hian karena dia berasal dari etnis Tionghoa.Â
Vihara Kwan Tek Kong (Setiabudi) kota Medan (Dokumentasi Pribadi)
Beberapa ratus meter dari sebelah timur Stasiun KA Medan, ada bangunan tua yang cukup terkenal bernama Tjong A Fie Mansion. Bangunan ini dulunya merupakan tempat tinggal Tjong A Fie yang adalah abang kandung Tjong Yong Hian.Â
Kurang lebih 2 km arah lurus sebelah selatan dari Tjong A Fie Mansion, bisa kita temui Istana Maimun yang merupakan tempat tinggal para bangsawan Kesultanan Deli. Kira-kira 200 meter dari Istana Maimun, di sisi simpang (perempatan) jalan berdiri megah dan indah Masjid Raya Al Mashun (kemegahan Masjid Raya Medan bisa dilihat pada foto utama)
dalam kuil Shri Mariamman (Dokumentasi Pribadi)
Di Medan terdapat kawasan Kampung Keling yang mayoritas penduduknya adalah etnis India Tamil pemeluk agama Hindu. Di kawasan Kampung Keling ini bisa kita lihat berdiri kuil Shri Mariamman.Kuil ini terletak di sisi jalan raya besar, dekat dengan pusat perbelanjaan SUN Plaza. Tak jauh dari kuil ini, ada gereja tertua di Medan, GPIB Immanuel, yang berdiri sejak tahun 1922.Â
Di gerbang gapura Shri Mariamman terdapat 2 buah patung gajah yang mengapit. Di dalam bangunan utama kuil ini banyak patung-patung yang biasa dipuja umat Hindu diantaranya patung Dewa Wisnu, Dewa Syiwa, Dewa Brahma dan sebagainya.
Tjong A Fie Mansion kota Medan (Dokumentasi Pribadi)
Bangunan tempat ibadah dari berbagai agama yang berdiri mencolok di pusat keramaian tanpa ada gangguan menandakan bahwa tingkat
toleransi antar umat beragama di kota Medan sangat baik. Sepengamatan awak, tidak ada gejolak karena perbedaan agama maupun perbedaan suku di kota ini. Semua hidup harmonis saling menghormati walau berbeda adat istiadat dan kepercayaan.Â
Tidak ada pihak yang mengkek (belagu) karena merasa jadi kalangan mayoritas. Umat muslim, umat Kristiani, umat Buddha, umat Hindu menjalani ibadahnya masing-masing dengan damai. Mantap kali toleransi pluralisme di kota Medan. Ini MEDAN bung, jangan kau recoki kedamaian kota kami.Â
warga keturunan India di kota Medan (Dokumentasi Pribadi)
suasana Car Free Day di Medan (Dokumentasi Pribadi)
ibu-ibu penarik ojek Betor Medan (Dokumentasi Pribadi)
nangkring bareng Kompasianer Medan (Fitri Manalu)
Lihat Humaniora Selengkapnya