Mohon tunggu...
Humaniora

Memaknai Sumpah Pemuda sebagai Sarana Mutaba’ah Jama’i

1 November 2016   15:37 Diperbarui: 1 November 2016   17:39 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nuryus Ardi Anisa Chan, S.H.

__

Tepatnya 88 (Delapan puluh delapan) tahun lalu yakni pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda/ i Indonesia dari berbagai daerah datang ke Jakarta. Mereka melakukan perundingan dan diskusi mengenai masa depan bangsa, dikenal dengan istilah Kongres Pemuda. Pertemuan ini melahirkan tonggak sejarah baru yaitu lahirnya ikrar sekaligus komitmen bersama para pemuda pada saat itu. Tujuannya yaitu untuk menyatukan diri di bawah panji Negara Indonesia yang dikenal sebagai peristiwa Sumpah Pemuda. Adapun isi sumpah pemuda sebagai berikut: pertama, kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; kedua, kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; ketiga; kami putra dan putri Indonesia mengaku menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Dari peristiwa besar tersebut dapat diambil hikmah dan dijadikan pelajaran berharga bagi generasi muda sekarang yakni tertularnya semangat besar pemuda/ i pada saat itu, antara lain:

1. Semangat Persatuan

Semangat ini dapat kian memudar dalam diri penerus bangsa, apabila kita tidak pandai dalam memeliharanya. Bila melihat fakta yang ada, tidak sedikit konflik perpecahan tercipta dengan banyaknya tawuran di berbagai wilayah, baik tawuran pelajar atau pun tawuran warga. Jika melihat di lingkungan sekolah, contohnya bagi pelajar, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada kultur bullying di dalam pergaulan remaja saat ini. Mulai diawali dari bercanda saling mengejek hingga diakhiri dengan perkelahian. Melihat fenomena tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa semangat persatuan dapat merenggang seiring waktu. Untuk itulah pentingnya terus memupuk rasa saling menghormati, menghargai dan tenggang rasa. Sehingga persatuan dan kesatuan semakin erat.

2. Semangat Perubahan

Semangat ini memiliki peran yang cukup signifikan bagi kemajuan suatu bangsa, dengan semangat inilah modal para pemuda untuk bangkit dari keterpurukan keadaan. Semangat perubahan tentunya untuk menjadi lebih baik di masa datang. Semangat perubahan ini juga dapat dilihat dari shirah nabawiyah yakni hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah setelah terdesak dari kaum Quraisy di Makkah. Dalam QS. Ar Ra’du ayat 11 dapat dilihat bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Semangat ini menjadi tonggak pergerakan ke arah yang lebih baik lagi. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan keadaan sekarang, semangat ini menuntun kita untuk hijrah pada kebiasaan buruk diubah menjadi kebiasaan baik. Mengubah dari perilaku kita yang masih belum baik sehingga menjadi perilaku yang lebih baik lagi.

3. Semangat Kebaikan

Semangat ini dimulai dari semangat untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Asr: 3 yang di dalamnya mengandung makna bahwa orang-orang yang beruntung salah satunya adalah yang mengerjakan amal shaleh, nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan memegang teguh kesabaran. Semangat ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yakni saling berlomba-lomba dalam kebajikan serta saling menasehati dalam kejujuran. Tak dapat dipungkiri bahwa cita-cita tertinggi seorang muslim adalah merindukan untuk dapat masuk ke syurga Allah. Dengan semangat kebaikan dalam kejujuran dapat menuntun kita untuk sampai ke Syurga-Nya. Sebagaimana dalam sebuah hadis disebutkan bahwa kejujuran menunjukkan pada kebaikan sedangkan kebaikan menunjukkan kepada syurga. (HR. Bukhari Muslim).

Mudah-mudahan momen peringatan sumpah pemuda dapat dimaknai secara mendalam, bahwa bukan hanya sekedar peringatan tahunan, tapi lebih dari itu, yakni hikmah yang terkandung dalam peristiwa bersejarah itu yang harus dijadikan renungan. Harapannya dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita sehingga kelak bangsa ini tidak sekedar seremonial momentum tapi mutaba’ah jama’i dalam arti sarana refleksi, instropeksi dan perbaikan diri kedepan guna kemajuan bangsa dan agama tentunya. Ditambah lagi pemuda/i merupakan aset berharga sebuah bangsa, karena ditangan pemudalah perubahan adalah suatu keniscayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun