Mohon tunggu...
Winni Soewarno
Winni Soewarno Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa yang sedang belajar menulis

Perempuan yang sedang belajar menulis dan mengungkapkan isi kepala. Kontak : cempakapt@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Penganan Kala Idul Fitri ala Kasmidi

25 April 2022   09:30 Diperbarui: 25 April 2022   09:43 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://goliathfoto.com

Kalau melihat perawakannya, pasti orang akan langsung memberinya label preman. Tubuhnya yang tinggi, badannya yang besar dan kekar ditambah kulitnya yang coklat tua -- jika enggan menyebutnya hitam -- menampakkan hal itu. Rambutnya yang kaku, sering diikatnya jika bekerja. 

Cocok sudah dengan kata itu. Namun, jika sudah mengenalnya, pasti label itu akan terhapus. Dia sangat mudah bergaul. Lucu dan ringan tangan. Kasmidi adalah salah satu supir yang bekerja di tempat usaha adik ayahku -- Om Remi

Dia masih lima belas tahun saat pamannya menitipkan untuk bekerja. Tentu saja Om Remi - pamanku keberatan jika dia dimasukkan dalam formasi perusahaan. Belum cukup umur, katanya. Nanti kena sanksi dari Departeman Tenaga Kerja. Dia baru saja lulus SMP. Mencari biaya sekolah itu tujuannya bekerja. 

Kerja serabutan pun tak apa, katanya. Jadilah dia tenaga yang melakukan pekerjaan bersih-bersih, beres-beres ini itu atau ikut mengantar barang. 

Pengetahuannya akan jalan 'tikus' alias jalan alternatif sangat membantu supir melayani pengantaran barang dengan lebih cepat. Saat dirasa jam macet menjelang, Kasmidi diajak serta menjadi navigator istilah kerennya untuk kenek -- pembantu supir. Dia senang karena sesekali mendapat bagian bila si supir mendapatkan tip.

Ditilik dari namanya, Kasmidi seperti nama dari Jawa. Tapi bukan. Kasmidi asli anak Betawi. Lahir dan besar di Jakarta dari keluarga Betawi asli. Panggilannya Idi. Dia anak semata wayang. 

Bapaknya sudah meninggal, tapi ada ibu yang harus dihidupinya. Meskipun tinggal berdekatan dengan keluarga besar dari ibunya, dia tak mau menyusahkan mereka. Saat sekolah SMPnya lulus, dia mengatakan akan bekerja sambil sekolah. Ibunya yang tak kenal huruf, setuju dengan pemikiran Idi. Dengan catatan Idi harus tetap sekolah minimal sampai SMA.

Tak mungkin sekolah dengan jadwal biasa. Idi mendaftar di sekolah malam. Dia ikut program Kejar Paket C yang setara SMA. Disela-sela waktu kerjanya, dia belajar. 

Teman-teman ditempat kerja menjadi gurunya. Buku yang reject -- dikembalikan -- karena kurang halaman, rusak atau lainnya, bisa digunakan Idi untuk belajar. Karena usaha pamanku adalah penyalur buku, semua buku termasuk buku pelajaran. Idi bisa mendapatkan buku bahan belajarnya cuma-cuma.

Tidak cemerlang tapi Idi berhasil mendapatkan ijazah SMAnya. Pamanku menawarinya untuk menjadi supir. Biaya belajar dan mengambil surat ijinnya dibantu. Idi setuju. Sesekali dia mengantar barang, terutama saat sedang ramai. Namun, dia bertanggung jawab untuk mengantar jemput anak-anak paman. Om Remi senang dengan kinerja Idi. Dia tak pernah menolak diminta melakukan pekerjaan lain di luar pekerjaan utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun