Mohon tunggu...
Dedi Setiadi
Dedi Setiadi Mohon Tunggu... -

diksi mengisi tiada henti, sebagai esensi dari sembunyi abadi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Celotehan Kader dan Momentum Kongres

28 Februari 2018   05:06 Diperbarui: 28 Februari 2018   05:32 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Manusia seakan menjadi jasad yang digerakkan jiwa terperangkap didalam semesta yang diciptakan Tuhan dengan ketidaksempurnaan, kemudian dibiarkan tergerus waktu dan kelahiran peradaban manusia menjadi suatu hal yang normatif dan tidak perlu dimaknai. Kemajuan dan progresifitas manusia akhirnya menjadi suatu kelebihan kelompok minoritas dan bukan dijadikan tanggung jawab untuk mewarnai dunia sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. 

Kehidupan sesuai dengan fitrahnya adalah panduan untuk antara aspek duniawi dan ukhrowi, individu dan sosial serta iman ilmu dan amal yang dijadikan landasan filosofis untuk menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah swt.

Kader-kader himpunan terbaik di seluruh penjuru tanah air hadir karena proses perkaderan terus dilakukan. Kelahiran HmI dari rahim pergolakan dan berangkat dari kegelisahan terhadap nasib bangsa dan agama, 5 Februari 1947 didasari spirit kebangkitan nilai-nilai keislaman di setiap aspek keindonesiaan. Spirit tersebut menjadi substansi bagi lahirnya kelompok mahasiswa islam sebagai interest group dan pressure group, dimana penghidupan nilai-nilai terhadap tatanan masyarakat secara komprehensif serta pejuang Tuhan (sabillilah) dan pembelaan (mustadh'afin) menjadi sasaran bagi kelahiran dan tumbuh kembang HmI.

Bila ditelusur dengan diakronis serta bumbu keobjektifan sebagai penyeimbang jelas HmI menjadi organisasi mahasiswa islam terbesar dan tertua di Indonesia. Namun predikat ini menjadi nomenklatur yang diinterpretasikan melalui masa lampau dan hari ini organisasi HmI terjun bebas mulai dari proses perkaderan hingga memaknai tujuannya. Tenggelam dalam sejarah yang memanjang serta memuja empiris organisasi merupakan tidur panjang dengan mimpi fantastis menjadi kritik tersendiri bagi HmI.

Sinergitas antar kader yang menjadi kekuatan kolektif dengan ruang lingkup nasional mestinya mampu melahirkan daya kreatif yang bersifat progresif demi kemashlahatan umat dan bangsa. Konsekuensi atas islam sebagai identitas yang mensubordinasikan Pancasila sebagai asas pada kongres XVI Maret 1986 di Padang. 

Perubahan bagi HmI adalah suatu keharusan perubahan itu pasti kearah kemajuan. "Dan mereka yang berjuang di jalan-Ku, maka pasti Aku tunjukan jalannya sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat ". Al-Ankabut 69. Perbuatan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah tindakan yang didasari spirit tauhid dan kesadaran sebagai khalifah serta menuju sifat progresif, karena sejatinya manusia bersifat hanief dan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Proses perjuangan HmI tidak berhenti di tahun 2018. Kaderisasi dan regenerasi sebagai ujung tombak perjalanan organisasi terus dilakukan. Kongres XXX Februari 2018 merupakan bukti nyata bahwa HmI masih berjalan dengan atau tanpa spirit keislaman dan keindonesiaan. Hal ini menjadi paradoks bagi masyarakat Indonesia dan dengan sendirinya akan mengalami krisis kepercayaan terhadap optimisme HmI dalam menjawab tantangan zaman.

 PR terbesar bagi HmI untuk membuang keraguan bahwa ada pengetahuan objektif atas fenomena sosial. Kebenaran tidak bersandar pada metanaratif dan empiris jangan dijadikan pajangan mitos belaka. Kongres HmI mendatang wajib hukumnya meluruskan konstruk gneaologi dan laju gerak zaman kedepan, karena dengan mengkonstruk ulang maka akan berpengaruh pada karya yang dihasilkan bahkan untuk menghindari reifikasi dimana marwah HmI dinilai dari umur organisasi atau banyaknya kader. 

Sebenarnya dijelaskan lebih lanjut oleh Fou Cault, gneaologi digunakan untuk menelusuri jejak diskontinuitas dan keterputusan sejarah guna menekankan singularitas dari satu fenomena, bukan soal kecenderungan sejarahnya.

Era modern dan post-modern sudah menjadi bahan umum bahwa gerakan dan substansi hidup mengalami dekadensi, tidak lupa juga untuk HmI sudah menjadi rahasia umum kader-kader mengalami disorientasi dan krisis ideologi. Keseimbangan dan das sollen (apa yang diharapkan) dan das sein (apa yang terjadi) sudah tidak lagi diperhatikan sehingga pemeliharaan identitas HmI mengalami degradasi serta independensi etis dan independensi organisatoris hanya sekedar hidup di ruang-ruang diskusi. Budaya literasi pun tidak lagi menjadi nilai tawar karena kualitas kader yang tidak mampu menghidupkan nilai-nilai ditengah permasalahan masyarakat.

Sekali lagi ini menjadi tugas bersama seluruh kader HMI dari wilayah komisariat hingga Pengurus Besar. Interpretasi epistemologis harus terus digencarkan dan titik aktualisasi dari filosofis gnostik HMI senantiasa dihidupkan agar HMI terawat dan mampu menjadi alternatif bagi solusi umat dan bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun