Gaji menjadi krusial di lingkungan kantor. Mempercakapkan gaji sama dengan open the kitchen, yaitu membuka rahasia dapur.
Di hotel, besaran gaji menyesuaikan standar keuangan hotel masing-masing. Kadang terkesan menekan, take it or leave it. Hotel yang saklek, menolak mentah-mentah setelah menerima lamaran jika besaran terlalu melambung.
Beberapa hotel diperbolehkan tawar menawar. Yang paling senang, jika kita, calon karyawan yang diharapkan banget oleh hotel. Biasanya karena orang itu sudah dikenal kecakapan dan integritasnya dalam bekerja.
Itu sebabnya hotelier senang berpindah-pindah, mereka menyebutnya sendiri kutu loncat. Tak mengapa menjadi kutu loncat, asal jangan bajing loncat.
Kepiawaian menjadi "kutu loncat" disebabkan 3 alasan:
(*) Meningkatnya jenjang karir
(*) Kenaikan gaji
(*) Memburu hotel berkelas lebih tinggi (prestise)
Hotel buruan karyawan adalah hotel yang memberikan kesempatan untuk ketiga hal tersebut. Bagi perekrut, pandai-pandailah menggali alasan kepindahan karyawan, kadang tidak melulu masalah gaji.
Ada pula alasan kepindahan yang mencakup ketiganya, sila simak kisah selanjutnya.
Memburu hotel berkelas disertai peningkatan jenjang karier serta kenaikan gaji
Retno sebagai asisten direktur penjualan Hotel Xyz. Ia membantu Dindin, sang direktur, bekerja erat dengannya, bahu membahu, kompak.
Setelah tiga tahun, ia hafal, paham seluk beluk jabatan bos. Pikirnya, toh dirinya yang selalu mengerjakan tugas-tugas bos.
Retno tak berkutik sebab Dindin masih betah disitu. Tiada sinyal Dindin akan undur. Iapun berencana menjadi "kutu loncat" terbang ke kota lain.