Luwesnya kepemimpinan juga dipengaruhi figur seorang General Manager dalam memimpin. Dalam hal ini biasanya manager expat/bule lebih terasa kaku karena kurang memahami budaya lokal.
Contoh sederhana misalnya pada saat owner menyarankan agar dibuatkan menu nasi rawon dalam daftar menu, malah menu-menu western yang tersedia. Tampak bertolak belakang dengan impian owner yang ingin restorannya padat oleh pengunjung.
Kejadian semacam ini kerap kali terjadi di hotel-hotel. Anda tak perlu membaca buku atau training untuk hal seperti ini, namun yang dibutuhkan adalah jam terbang.
3. Menghemat pengeluaran
Masyarakat kota-kota itu memiliki cost of living bertingkat rendah, menengah dan tinggi. Makan siang anda cukup dengan membayar IDR 25.000 dengan menu ikan goreng, lalaban, nasi, teh manis di Pontianak akan tetapi anda akan mengeluarkan minimum IDR 50.000 untuk menu sejenis itu di Balikpapan, dengan catatan hanya di restoran sedang, bukan di mall atau restaurant mahal.
Untuk tempat kost di Balikpapan (Kaltim) dan Medan (Sumut) sekelas hotel bintang 3, ukuran 32 m2 cukup membayar IDR 2,5 juta.
Ketika saya berada di Pontianak, Golden Tulip Hotel menyediakan mess/motel untuk karyawan department head yaitu kamar sekelas hotel bintang 2, seluas 16 m2, dilengkapi AC, hot water, spring bed. Cukup hemat. Kita hanya perlu mempersiapkan diri bekerja sebaik mungkin dan urusan tempat tinggal sudah terjamin.
Apabila hotel tidak dilengkapi mess, maka ongkos untuk tempat tinggal akan diberikan uang pengganti sebesar biaya kost. Umumnya pemilik hotel berkelas bintang 4 dan 5 melengkapi kamar di mess atau motel untuk pegawai sekelas department head yang datang dari luar kota atau luar pulau.
4. Bergaji lebih tinggi beserta tunjangan dan bonus
Untuk yang satu ini, bergantung kesepakatan antara calon pekerja dengan management. Adapun tawar menawar sudah lumrah dilakukan. Jika anda setuju dengan standard hotel, akan lebih cepat untuk proses konfirmasi.