Mohon tunggu...
Safwan Kasma
Safwan Kasma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Imam Ahmad dan Gurunya Imam Syafi I

22 Maret 2018   18:43 Diperbarui: 22 Maret 2018   18:52 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hari Imam Syafi'i mengunjungi kediaman Imam Ahmad bin Hanbal. Setelah keduanya menyantap makan malam, imam Syafi'i kemudian berbaring di kamar yang telah disediakan.

Keesokan harinya, putri imam Ahmad bertanya kepada ayahnya,

"Ayah., apakah orang itu adalah imam Syafi'i yang sering anda ceritakan?" "iya betul, putriku." "Aku mengamati tamu ayah itu sejak tadi malam, ada tiga hal yang aku perhatikan. Pertama, ketika kita menghidangkan makanan, dia makan banyak sekali. Kedua, saat masuk kamar tamu dia hanya tidur, tidak melaksanakan sholat malam sama sekali. Dan ketiga, waktu sholat shubuh dia sholat berjamaah ' bersama kita tanpa berwudlu." Putri imam Ahmad itu merasa heran dan ganjil, ayahnya sering menceritakan kesalehan dan keagungan imam Syafi'i. Namun setelah menyaksikan sendiri, persepsinya terhadap imam Syafi'i berubah 180 derajat.

Imam Ahmad hanya diam saja mendengarkan penuturan putrinya. Pada waktu berhadapan dengan imam Syafi'i, Imam Ahmad menanyakan tiga hal yang disinggung putrinya.

Dengan tenang, imam Syafi'i menjawab, "Aku makan banyak sekali karena aku tahu betul makanan yang kalian hidangkan adalah makanan dari harta yang halal. Anda adalah orang yang dermawan.   .

"Makanan dari orang dermawan adalah obat. Sedangkan makanan dari orang bakhil adalah penyakit." Aku makan banyak bukan untuk mencari kenyang, tapi karena ingin mengobati penyakitku dengan makanan dari anda.

Aku tidak sholat malam, karena saat aku merebahkan badanku untuk tidur, aku melihat seolah di depanku terbuka lembaran al quran dan hadits. Allah memberikan petunjuk kepadaku menyelesaikan 72 masalah fiqih yang aku harapkan bisa bermanfaat untuk umat islam. Sehingga malam itu aku tidak punya kesempatan untuk sholat malam.

Sedangkan aku sholat Shubuh bersama kalian tanpa berwudlu, karena aku belum tidur. Sepanjang malam aku begadang. Sehingga aku sholat Shubuh bersama kalian dengan wudlunya sholat lsya'." Mengetahui hal itu, putri imam Ahmad hanya termenung menyadari kekhilafannya.

Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran kita. So, always be positive.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun